Kabar Desa
Warga Semambung Ajukan Anggaran Normalisasi Sungai, 8 Tahun Hingga Kini Belum Terealisasi
Memontum Sidoarjo – Sungai yang membatasi Desa Kedungrejo dan Desa Semambung, Kecamatan Jabon sepanjang 1,5 Km dengan lebar 3 M, Rabu (4/3/2020) membutuhkan normalisasi. Pasalnya disaluran tersebut mengalami pendangkalan, serta banyak ditumbuhi enceng kangkung dan sampah. Akibatnya saluran air di sungai, tidak bisa mengalir dengan normal dan lancar. Dikwatitkan bila hujan deras air sungai meluap, menggenangi pemukiman warga dan lahan pertanian. Sebab di Dusun itu rawan banjir, ketika musim hujan.
Pj Kepala Desa Semambung, Jema’in melalui Sekretaris Desa (Sekdes) Samsul Huda mengatakan, sungai batas desa itu memang perlu normalisasi. Dikarenakan mengalami pendangkalan, dan dikwatirkan airnya meluap ke rumah warga, ucapnya
“Lihat saja kondisi air sungai, dengan bibir tangkis. Terlihat hampir rata dan terlihat tidak memiliki tangkis. Padahal disisi barat sungai, ada lahan sawah dan tambak. Jika hujan sedikit saja, air sungai akan meluap dan mereka para petani sawah tidak bisa bercocok tanam,” kata Samsul Huda
Menurutnya , pendangkalan sungai itu hampir 8 tahun. Hal itu hingga saat ini, belum tersentuh bantuan sama sekali. Pihak Pemerintah Desa berusaha, berupaya mengajukan proposal bantuan, kepada instansi terkait Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Namum belum ada jawaban, atau realisasinya.
“Kami berharap, pengajuan bantuan normalisasi sungai segera direalisasikan Pemerintah Kabupaten. Agar warga Desa Semambung merasa aman, nyaman dan terbebas banjir,” ujarnya
Sebenarnya persoalan dihadapi Pemerintah Desa Semambung tidak hanya itu saja. Pertama, Penerangan Jalan Umum (PJU) berada dilingkungan RT. 01 sampai RT. 04, RW. 05. Sampai sekarang tidak ada penerangan, sehingga malam hari nampak gelap padahal jalan itu adalah jalan alternatif akses menuju desa lain.
Kedua, pembuatan jembatan baru panjang 4 meter lebar 3 meter diarea lahan pertanian. Saat ini jembatan tersebut, masih terbuat dari sesek bambu. Sehingga petani maupun petambak, merasa kesulitan ketika mengangkut hasil panen.
” Tidak dipungkiri pembuatan jembatan baru itu, menelan anggaran diperkirakan mencapai Rp. 300 juta. Saya kira Pemerintah Desa tidak mampu mengerjakan pembangunan, dan anggaran dari mana. Sedangkan jembatan itu kondisinya mengkwatirkan, sebagian bambunya sudah kropos dan rapuh mudah patah,” pungkas Samsul Huda (gus/yan)