Surabaya
Media Berperan Mengubah Stigma Tentang ODHA
Memontum Surabaya—Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) hingga kini masih menerima perlakuan diskriminatif di lingkungannya tinggal, tak terkecuali di Surabaya. Ini disebutkan oleh Jaringan Indonesia Positif (JIP). Dengan masih adanya tindakan diskriminasi kepada penderita HIV/AIDS, JIP memandang perlunya peran media dalam turut membantu mengubah stigma masyarakat.
“Diskriminasi menyebabkan para pengidap HIV AIDS merasa putus asa dan tersingkir dari kehidupan masyarakat,” kata JIP Focal Info Surabaya, Setia Budianto, Senin (25/2/2019). Menurut Setia, peran media dibutuhkan agar bisa memuat informasi dan mengedukasi masyarakat. Sehingga pada akhirnya, meminimalkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
“Media kerap kali memuat isu tentang HIV/AIDS dari perspektif negatif yang kemudian berdampak buruk pada ODHA, baik pada psikologis maupun mentalnya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mahameru, Farid Hafifi mengungkapkan, selama melakukan pendampingan terhadap ODHA, banyak yang merasa menerima perlakuan diskriminasi. Dan itu membuat ODHA tidak percaya diri dalam berinteraksi sosial, bahkan sampai tidak lagi meminum obat untuk kesembuhan.
Hal tersebut salah satunya karena banyaknya pemberitaan yang menyudutkan dan menggambarkan kesan negatif pada pengidap ODHA.
“Kami berharap agar media tidak memuat berita yang menggiring masyarakat untuk mendiskriminasi ODHA atau menggambarkan bahwa ODHA harus dijauhi,” harapnya.
Tak sedikit pula masyarakat yang menelan mentah-mentah cerita tentang ODHA, dan informasi itu berasal dari media. Sehingga kemudian, dari mulut ke mulut ikut terpengaruh mendiskriminasi ODHA.
“Contohnya salah satu kasus yang terjadi, yaitu seseorang yang bekerja di suatu perusahaan dikabarkan mengidap HIV/AIDS. Ia kemudian mendapatkan tekanan dan diskriminatif di lingkungannya. Karena hal tersebut orang ini mengundurkan diri dari kantornya,” cerita Farid.
Dengan adanya hal ini, Farid berharap media dapat ikut membantu mengedukasikan dengan benar dan dapat menyuguhkan perspektif atau topik yang detail serta dalam posisi yang tidak menyudutkan ODHA. “Misalnya, edukasi bahwa penularan oleh ODHA ini bukan dari berjabat-tangan atau jalan berdampingan,” pungkasnya. (est/ano/yan)