Kota Malang
Dua Tim Teknik Sipil ITN Malang Juara III dan Nominasi IV Kompetisi Desain Gedung Tahan Gempa
Memontum Kota Malang – Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang kembali meraih prestasi. Kali ini datang dari dua Tim Teknik Sipil S-1 yang berhasil menyabet juara 3 dan nominasi ke 4 Kompetisi Earthquake Resistant Design Competition (ERDC) 2021 (Kompetisi Desain Tahan Gempa) di Universitas Kristen Petra Surabaya.
Tim Exo yang berhasil membawa pulang juara 3 beranggotakan Fellix Christovel S, Nur Yani, dan Riska Nanda Sintya Dewi. Sementara dari Tim Spectra terdiri dari Rexi Bara, Vandrew Prananda Manginten, dan Yuda Arya Pangestu berhasil menempati posisi ke 4 dalam ajang tersebut.
Baca juga:
- Di 10 Merchant Ini Kamu Bisa Pakai Ultra Voucher Gift Card Sebagai Alat Pembayaran
- Fashion Jumpsuit Sleeveless Beri Sentuhan Kain Maduran dengan Jargon Kemerdekaan
- Sempat Terseok Dihantam Pandemi, Anyaman Limbah Tali Plastik Tetap Bertahan
Kedua tim mengungguli 46 peserta dari seluruh Indonesia pada Kompetisi ERDC yang bertjuk “Overcome the Certain Uncertainty”.
“Dari 46 tim yang mengikuti kompetisi, dikerucutkan menjadi 15, dan terakhir diambil 3 tim sebagai juara. Dari kompetisi ini peserta diajak untuk berfikir secara inovatif dengan membuat desain bangunan bertingkat tahan gempa yang efektif dan kuat menahan beban lateral gempa bumi,” ujar Ketua Tim Exo, Fellix Christovel S, Selasa (25/5).
Diakui Felix, timnya diharuskan membuat prototype bangunan 11 lantai dari kayu balsa. Bangunan tersebut kemudian diuji dengan shaking table.
“Dalam desain bangunan tahan gempa kami menetapkan sistem bracing. Kami menggabungkan tiga jenis bracing, cross braced, inverted V-braced, diagonal braced. Biasanya kalau di lapangan hanya menggunakan satu bracing. Tapi, di kompetisi ini bracing diaplikasikan ke prototype kayu balsa. Karena kayu lebih bisa menerima energi gaya gempa yang sangat baik dari pada beton dan baja,” imbuh Fellix.
Setelah semua analisa aman, bangunan kemudian mulai diuji ketahanan gempanya. “Pengujian ketahanan gempanya dengan empat kali uji dengan frekuensi yang berbeda. Namun sayangnya tim kami harus berhenti di pengujian ke empat di menit 17.74,” tandas mahasiswa asal Balikpapan ini.
Untuk desain bangunan Tim Exo memakai Extended Three Analysis Building Systems (ETABS) dengan metode analisa menggunakan konsep bracing eksentris. Sementara untuk Tim Spectra menggunakan bracing konsentris. Namun, kedua tim sama-sama menetapkan desain struktur bangunan sistem SCWB (Strong Column and Weak Beam) dalam pembuatan prototype gedung 11 lantai.
“Kami menerapkan struktur gedung dari bawah sampai atas dengan komposisi di bawah berat semakin ke atas semakin ringan. Karena gedung yang dibangun tinggi ada yang namanya strong colom, dimana kolomnya kuat baloknya lemah. Dan ternyata berhasil,” jelas Ketua Tim Spectra, Rexi Bara.
Namun diakui Rexi, timnya masih ada kekurangan dipresentasi. Sehingga dia berharap dengan banyaknya anggota tim yang notabene mahasiswa semester awal, nantinya mereka bisa memperbaiki kesalahan di tahun ini.
“Kami kurang dalam analisa program ETABS. Kemarin, saat proposal sudah terkirim ternyata ada yang kurang. Padahal itu ternyata ditanyakan oleh penguji Ketika kami presentasi. Jadi, kalau ada pertanyaan hasil output dari hasil analisanya semua tim bisa menjawab,” papar mahasiswa semester akhir ini. (mus/ed2)