KREATIF MASYARAKAT
Melihat Perkembangan Jajanan Ladu Beras Ketan Khas Kota Batu

Memontum Kota Batu – Jajanan Ladu, yang menjadi khas Kota Batu, siapa sangka masih eksis hingga saat ini. Salah satu desa yang hingga saat ini masih bertahan memproduksi Ladu, yakni di Dusun Kandangan, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Meskipun, saat ini di tempat tersebut hanya ada dua warga yang memproduksi jajanan jadul itu.
Salah satu warga yang memproduksi Ladu, Sungkono (43), mengatakan bahwa perkembangan peminat Ladu selama beberapa terakhir mengalami penurunan. Bahkan, selama dua bulan ini sepi peminat.
“Biasanya bulan-bulan tertentu, misalnya Hari Raya banyak yang membeli jajanan Ladu ini. Tapi, mungkin bulannya nggak cocok, terus banyak yang keluar biaya anaknya sekolah dan sepi hajatan. Imbasnya, sekarang Ladu jadi sepi,” terangnya, saat ditemui di rumah produksi di Dusun Kandangan, Minggu (27/08/2023) siang.
Dalam sehari, paparnya, biasanya sebanyak 12 kilogram Ladu terjual. Tetapi, beberapa hari lalu sebanyak 24 kilogram Ladu hingga sepekan, masih belum terjual. “Untuk harga jual Ladu, setengah kilogram saya jual Rp 43 ribu. Dan, yang seperempat kilogram saya jual Rp 22 ribu,” tuturnya.
Baca Juga :
- Lima Restoran di Kota Malang Terindikasi Kecurangan hingga Kekurangan Pembayaran Pajak
- Semarak Hari Jadi Jawa Timur, Kota Malang Terima Kirab Pataka Jer Basuki Mawa Beya
- Pengawasan Program Pemerintah, Komisi X DPR RI Lakukan Kunker ke Pemerintah Kota Malang
- Tingkatkan Kreativitas dan Inovasi, Dinsos Situbondo Gelar Pembinaan Katar
- Sikapi Peningkatan Suhu Panas dari BMKG, Dinkes Kabupaten Malang Peringatkan Dehidrasi
Produksi jajanan Ladu tersebut, paparnya, digelutinya sejak empat tahun lalu. Sebelumnya, jajanan ini sudah ditekuni bersama keluarganya selama 23 tahun, yang salah satunya adalah pembuat Ladu. Hanya saja, kini yang memproduksi hanya menyisakan dua orang warga.
“Kalau ditekuni, sebenarnya Ladu mendapatkan hasil yang bagus. Keuntungannya rata-rata dahulu saat masih populer, bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 5 juta, dalam sebulan dari omset kotor paling banyak Rp 10 juta. Dan, di kampung ini yang memproduksi Ladu hanya dua orang. Saya dan ibu saya. Sebelumnya, itu ada enam orang dan yang bertahan masih dua,” jelasnya.
Cara pembuatan Ladu, imbuhnya, selama ini dengan cara manual. Beras ketan pilihan direndam selama 5 jam. Lalu diselep jadi tepung baru direbus.
Setelah matang, kemudian ditumbuk dicampur gula pasir cair. Kemudian diolah terus dilempengkan lalu dijemur. Setelah kering, diiris kotak-kotak lalu di open.
“Ladu yang menjadi khas jajanan Kota Batu, ini rasanya kriuk leleh di mulut dengan rasa manis. Dan, tanpa bahan pengawet,” ujarnya.
Mengenai pemasaran selama ini, diakuinya, masih berada di pasaran lokal Kota Batu. “Kemarin izin halal sudah saya buat. Di sini karena saya ingin pemasaran bisa keluar Kota Batu. Saya terbentur modal. Saya berharap, Ladu ini benar-benar menjadi ikon Kota Batu. Tahun 2022 lalu memang pernah Dinas Pariwisata Kota Batu mengunjungi kampung kami hingga menamakan Kampung Ladu tetapi hanya sekali saja. Saya ingin Pemkot Batu memperhatikan Ladu yang menjadi jajanan khas Kota Batu ini,” harapnya. (put/gie)

-
KREATIF MASYARAKAT3 minggu
Warga Junrejo Kota Batu Produksi Mobil Mewah Supercar Lamborghini
-
Kota Batu5 hari
Terbentur SK, Ratusan Kios di Pasar Induk Among Tani Kota Batu Terancam Kosong
-
Kota Batu2 minggu
Mesin Pirolisis Kapasitas 50 Ton Dihibahkan PT Arta Asia Putra ke Pemkot Batu
-
Hukum & Kriminal4 minggu
Wedding Organizer Asal Lumajang Ditetapkan Tersangka Kasus Kebakaran Bukit Teletubis Bromo
-
Lumajang2 minggu
Masa Jabatan Habis, Bupati dan Wabup Lumajang Pulang dengan Didampingi Warga
-
Lumajang2 minggu
Dilantik Pj Bupati Lumajang, Kepala BKD Siapkan Kesinambungan Program dan Keberlanjutan Pembangunan
-
Kabar Desa1 minggu
Rumah Warga Mlawang Lumajang Butuh Sentuhan Perbaikan, Hampir Roboh Belum Dibantu Pemerintah
-
Kota Batu1 minggu
Munculkan Kesadaran terhadap Sampah, Pemkot Batu Tambah CCTV dan Berlakukan Tipiring untuk Warga