Kota Malang

Muhammadiyah, The Real Guru Bangsa

Diterbitkan

-

Tidak jemu membincang Muhammadiyah apalagi ketika negara dalam keadaan tidak sentosa, kerap hadir memberi solusi ketika semua buntu berpikir. Penengah dan pengadil ketika lengah dan zalim, meski pada awalnya dianggap melawan logika publik, tapi pikiran-pikiran para ulama Muhammadiyah sering menjadi rujukan karena keluar dari lisan yang tulus tanpa kepentingan yang melekat.

Sudahlah jamak bahwa ulama-ulama Muhammadiyah sudah teruji baik materi maupun non materi, mereka adalah orang-orang yang sederhana dan tulus berpikir bukannya menafikkan ulama lain tapi secara personal dan institusional Muhammadiyah jelas-jelas yang paling steril dari kepentingan politik apapun, juga tidak pernah menghamba kepada saudagar culas demi kepentingan sesaat dengan menjual masa umat sebagai taruhan dengan alasan apapun.

Lahir jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya tahun 1912 atau 33 tahun lebih tua ketimbang berdirinya Republik, Muhammadiyah telah menunjukkan dan berkeras meletakkan dasar-dasar Indonesia moderen dengan mambangun pendidikan sekolah, rumah sakit dan layanan publik lainnya yang kelak menjadi model.

Yang memproklamasikan negara ini orang Muhammadiyah, yang rela menghapus tujuh kata piagam Jakarta demi menjaga keutuhan NKRI juga tokoh Muhammadiyah, yang paling melawan ideologi komunis hingga diancam bubar padahal ormas lain sudah membentuk nasakom juga Muhammadiyah.

Advertisement

Arsitek tentara moderen adalah aktivis Hizbul Wathan kepanduan Muhammadiyah , Bapak pembangunan juga bibit Muhammadiyah dan sederet prestasi lainnya dan semua lahir pada saat negara sedang oleng hilang haluan. Bersyukur pula selalu dikaruniai pemimpin tepat pada saat tepat.

Gaduh Azas Tunggal ada Pak AR Fakhrudin yang bijak, geliat reformasi ada Pak Amien Rais yang cekatan, gaduh soal penistaan dan politisasi agama ada P Haidar yang santun. Dan karakter para pemimpin ini yang kemudian menjadi simbol gerakan.
Peran Muhammadiyah tidaklah gampang dihilangkan meski ada skenario marjinalisasi dari pusat-pusat kekuasaan dengan berbagai cara.

Bahkan secara institusional para pemimpin Muhammadiyah relatif bersih dan tidak ada yang tersandung dalam kasus-kasus korupsi, moral atau tindakan makar lainnya meski sama-sama pernah menempati posisi di pemerintahan pusat maupun daerah, berbeda dengan ormas atau partai lainnya yang sama-sama mengaku Islam.

Realitas ini yang memperkokoh posisi dan peran Muhammadiyah sangat diperhitungkan meski dalam beberapa kasus Muhammadiyah identik dengan sikap agak kaku dan sedikit “sombong”, karena agak sulit diajak kerja sama.

Advertisement

Keseluruhan, inilah model Persyarikatan moderen dengan tampilan sederhana. Meski moderen tetap mengedepankan kebersamaan dan urunan gaya ndeso, bahkan banyak amal usaha yang dikelola amat sederhana tapi tetap eksis meski jalan ditempat. Mungkin ini yang menurut Whiterington sebagai organisasi yang “diberkati”.

Tulisan ini memang sangatlah subyektif karena saya juga salah seorang penggiat Muhammadiyah sejak lahir dan tumbuh di keluarga Muhammadiyah ortodok. Mungkin pula karena kecintaan berlebih terhadap Persyarikatan ini tapi tidaklah mengapa. Aku memang cinta mati dengan Persyarikatan ini, jadi agak sensi kalau ada yang mengusik … “. (*)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas