Situbondo
Harga Jual Anjlok, Petani Bawang Merah Situbondo Gudangkan Hasil Panen
Momentum Situbondo — Petani bawang merah di Situbondo Jawa Timur, memilih menunda penjualan hasil panen akibat anjloknya harga. Mereka memilih menggudangkan hasil panen sambil menunggu harga komoditas ini kembali normal.
Turunnya harga bawang merah mulai dari pertengahan November lalu. Febri Onion, salah satu petani sekaligus pengepul asal kelurahan Mimbaan Kecamatan Panji menjelaskan, mulai pertengahan bulan November lalu harga bawang merah besar (super) menyentuh angka Rp. 10.000,-. Sedangkan harga bawang merah biasa (kecil) Rp 7.000.
Turunnya harga ini membuat petani enggan menjual semua hasil panen. Mereka beralasan, hasil penjualan tidak menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan. Petani umumnya cuma melepas hasil penan paling banyak 50 persen untuk membayar biaya tenaga dan obat-obatan.
Sebagian hasil panen sengaja disimpan di gudang sambil menunggu harga bawang kembali normal. Meski harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar tenaga kerja dan biaya perawatan, namun hal itu dinilai sebagai upaya terbaik dibanding menjual dengan harga murah.
Memang selain mengeluarkan biaya tambahan, proses penggudangan akan menimbulkan penyusutan pada bawang merah. Karena dengan disimpan seperti itu, selama dua bulan akan susut hingga 30 persen.
“Karena menurunnya harga bawang, saya melakukan tunda jual. Setelah panen, bawang dikeringkan dan digudangkan. Ini sebagai salah satu alternatif dan hasil dari penggudangan itu setelah harga naik bisa langsung dilepas atau dijual dalam bentuk benih,” ungkap Febri saat di temui di gudangnya Senin (11/12/2017) malam.
Anjloknya harga bawang itu diduga karena melimpahnya hasil panen saat ini. Banyaknya persediaan di pasaran saat panen pada bulan Oktober lalu, mempengaruhi fluktuasi harga. Tidak lama setelah panen, tambah Febri, harga bawang merah berangsur turun dan titik terendah terjadi pertengahan November lalu yang menyentuh harga Rp 8.000 sampai 10.000/kg. (yud/yan)