Kota Malang

Indonesia Cultural Dining Series Hotel Tugu

Diterbitkan

-

Pertunjukan tari wayang topeng Malangan Ragil Kuning, memukau pengunjung. (rhd)

*Gandeng Kampung Budaya Polowijen, Angkat Gebyak Wayang Topeng Ragil Kuning

Memontum Kota Malang—Menjaga warisan budaya menjadi kewajiban setiap individu dan kelompok yang peduli pada kelestariannya, melalui sebuah pertunjukan untuk menjaga eksistensinya dan mengenalkan kepada masyarakat luas sebagai audiens, baik lokal, nasional, dan mancanegara. Salah satunya, Pagelaran seni dan budaya “Indonesia Cultural Dining Series” yang diusung Hotel Tugu Malang setiap bulan pada tanggal 15, dengan menggandeng beberapa pelaku seni dan budaya di Malang Raya dan sekitarnya, sebagai wadah eksplorasi.

Kali ini, menginjak bulan ke-36, atau 3,5 tahun minus bulan Ramadhan dan Syawal, Indonesia Cultural Dining Series menghadirkan seni Gebyak Wayang Topeng Ragil Kuning, ditampilkan oleh puluhan seniman asal Kampung Budaya Polowijen Kota Malang, di ruang perjamuan Tirtagangga, Hotel Tugu Malang, Kamis (15/11/2018) pukul 20.00 WIB. Dalam penampilannya, para seniman tari tampil dengan lemah gemulai diiringi musik gamelan.
Suasana ruang perjamuan dengan perpaduan budaya dari India, Arab, Cina dan Mongolia Silk and Spice Roads, semakin mendukung eksotisme tarian.

Sembari menikmati makan malam, wisatawan mancanegara menyaksikan suguhan tarian. (rhd)

Sembari menikmati makan malam, wisatawan mancanegara menyaksikan suguhan tarian. (rhd)

Pelaku seni dan budaya Kampung Budaya Polowijen. (rhd)

Pelaku seni dan budaya Kampung Budaya Polowijen. (rhd)

“Pementasan wayang topeng Ragil Kuning baru pertama kalinya keluar dari Kampung Budaya Polowijen. Sebelumnya pernah dipentaskan dalam Gebyak Wayang Topeng Polowijen saat bersih desa bulan lalu dengan lakon Mbalike Ragil Kuning. Topeng asli Ragil Kuning merupakan benda warisan budaya karya empu topeng malang Ki Tjondro Suwono atau Mbah Reni, seorang maestro topeng dan kesenian wayang topeng Malang. Sedangkan tariannya merupakan kreasi Supriono,” jelas Ki Demang Isa Wahyudi, Penggagas Kampung Budaya Polowijen (KBP).

Diceritakan Ki Demang, Dewi Ragil Kuning atau Dewi Onengan adalah putri Raja Jenggala Manik yang bernama Prabu Panji Amiluhur. Ragil Kuning adalah adik dari Panji Asmoro Bangun yang merupakan istri Raden Gunungsari, saudara laki-laki dari Dewi Sekartaji putera dari Raja Daha Kediri. Topeng Dewi Ragil Kuning adalah sosok yang digambarkan dengan wajahnya yang kuning dengan ekspresi lembut dan ukiran bunga pada hiasan mahkota di kepalanya. Dewi Ragil Kuning merupakan lambang dari kebaikan, sumber kemakmuran dan kesetiaan manusia,” cerita Ki Demang.

Advertisement

Dewi Ragil Kuning terkenal cantik. Banyak raja-raja yang ingin melamarnya. Oleh karena pelamar terlalu banyak, maka terpaksa diadakan sayembara sodo lanang atau lidi ajaib. Barang- siapa yang dapat mencabut sada lanang yang ditancapkan di tengah alun-alun, maka dia berhak untuk mempersunting Dewi Ragil Kuning. Tak seorangpun berhasil mencabut sada lanang tersebut, sampai muncul Raden Gunungsari yang berhasil mencabut lidi tersebut, dan kemudian mempersunting Dewi Ragil Kuning.

“Ragil Kuning dalam perkembangannya berubah jadi Klenting Kuning dalam lakon Sekartaji Ngenger dan Ande-Ande Lumut. Klenting Kuning merupakan nama baru yang dia pergunakan setelah ikut Rondo Dadapan,” tukas Ki Demang. (rhd/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas