Pemerintahan
9 Warga Mergosono Positif Covid-19, Isolasi Mandiri di Rumah
Memontum Kota Malang – Sebanyak 9 konfirm positif Covid-19 di kawasan Kelurahan Mergosono, Kota Malang, masih menjalani isolasi mandiri di rumah. Hal itu dijelaskan Kabag Humas Pemkot Malang, Nur Widianto pada Kamis (19/6/2020) sore di depan Mall Tangguh Transmart Jl Veteran, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Pihaknya juga menceritakan istilah “Lockdown Lokal” hingga muncul untuk membatasi, agar 9 orang konfirm positif dari 2 keluarga tersebut tidak berinteraksi dengan warga di lingkungan sekitar.
“Jadi awalnya diinformasikan ada 13 konfirm positif. Khususnya untuk klaster keluarga di Mergosono. Pak Wali secara khusus bertemu dengan masyarakat dan ketua RW di Mergosono,” ujar Widianto.
Pertemuan ini untuk mencari rumusan bagaimana membangun rasa empati dan pendampingan 9 orang yang masih menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Bagaimana masyarakat ikut empati membantu. Harus ada lokalisir mencermati mobilitas orang yang masuk berlalu lalang hingga bahasa yang dilemparkan saat itu dengan tanda “Lockdown secara lokal”. Dalam konten pengendalian agar tidak ada interaksi dari konfirm positif dengan warga lainnya, di lingkungan sekitar dan mengadakan rapid test di sekitarnya,” ujar Widianto.
Diakui bahwa rumah 9 orang dari 2 keluarga di Mergosono memang tidak layak untuk dilakukan isolasi mandiri.
“Rumahnya memang tidak layak untuk dilakukan isolasi mandiri. Dari pertemuan dengan ketua RW tersebut, dilanjutkan pertemuan dengan Dinas Kesehatan. Dilakukan opsi untuk memindahan perawatan 9 konfirm positif tersebut ke RSUD Kota Malang sebagai rumah sakit karantina. Namun itu harus ada proses karena perlu kesiapan dari RSUD,” ujar Widianto.
Selama menunggu proses tersebut, ke 9 konfirm positif masih melakukan isolasi mandiri di rumah. “Kita monitoring dengan ketat. Saat ini mereka masih isolasi mandiri di rumah sebab di RSUD masih ada pasien perawatan. Notabenenya memang kalau konfirm posirif yang tidak disertai penyakit klinis tidak disatukan dengan pasien yang memiliki penyakit klinis. Tidak dicampur, yang tidak punya riwayat dengan yang memiliki riwayat sakit. Selain itu juga meminimalisir beban para nakes,” ujar Widianto.
Untuk sementara di lingkungan sekitar dilakukan pengendalian dengan pengawasan secara ketat. “Warga yang melintas tetap ada, tapi dilakukan pengetatan. Seperti pengecekan suhu tubuh, penyemprotan disinfektan dan antiseptik. Intinya ada pengetatan dan pengawasan,” ujar Widianto. (gie/yan)