Pemerintahan
Berkah HUT Ke 75 RI, 264 Warga Binaan Dapat Remisi
Memontum Probolinggo – Pemberian remisi umum bagi narapidana dan anak dalam rangka HUT ke-75 kemerdekaan RI tahun 2020 di Lapas kelas II B Probolinggo terasa religius. Pasalnya, Kalapas Risman Somantri menyebut warga binaan dengan sebutan santri. Ia berkeinginan mewujudkan penjara menjadi pesantren, dari sangkar berubah menjadi sanggar.
Acara tersebut diawali tampilan warga binaan dengan seni hadrah Darul Awwabin bersholawat, lalu Pro band yang membawakan lagu bernuansa kebangsaan Gebyar-Gebyar. Dihadapan Walikota Habib Hadi Zainal Abidin, Wakil Walikota,HMS,Subri, anggota Forkopimda, Sekda kota, tokoh agama dan MUI, Kalapas menceritakan sulitnya mengurus ijin pesantren. “Ukurannya bukan hanya seperti pengajian saja, namun progress setelah mereka disini. Karena potensi menjadi baik dan tidak baik sama-sama besar. Kita harus berjuang agar mereka bisa menjadi baik saat kembali di tengah-tengah masyarakat,” terang Risman.
Menurutnya, di Lapas kelas IIB Probolinggo memiliki dua konsep, diantaranya pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian bertujuan agar yang bersangkutan menyadari kesalahannya sehingga bertobat dan tidak melakukan tindak pidana lagi. Lapas ini diisi sejumlah 497 orang dan melebihi kapasitas karena seharusnya diisi 265 orang. Agar suasana lebih tenang dan menyejukkan, pihaknya bekerja sama dengan Pesantren Nurus Salafiyah agar bisa mencetak santri mandiri.
Sedangkan pembinaan kemandirian berupa bekal untuk meningkatkan kreatifitas mereka, seperti membuat telor asin dan membuat sarung. Karena kondisi pandemi Covid 19, sementara terhenti untuk pembuatan sarung. Termasuk layanan service mobil dan motor yang ditempatkan di luar. Rumah dinas disulap menjadi bengkel mobil dan motor. “Jika mereka dibekali dengan ketrampilan, bisa bersaing dengan masyarakat. Contohnya, saat mereka pulang dari mereka bisa bikin telor asin dari rumah, lalu dikirim ke Lapas untuk dipasarkan sehingga berkesinambungan. Mohon dukungan juga, bahwa lapas kelas II B Probolinggo sedang mengikuti penilaian WBK dan WBM,” pungkasnya.
Bak gayung bersambut, Walikota mendukung dibentuknya pesantren di lapas kelas II B Probolinggo. “Meski ijin belum turun, lanjutkan niat baik membentuk pesantren di lapas ini. Kegaitan kegamaan adalah kewajiban agar bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Sehingga saat keluar nanti menjadi orang yang bermanfaat dan berguna. Saya akan perhatikan dan support apabila dibutuhkan,” urai Habib Hadi.
Pemerintah Kota bisa berkontribusi dalam menambah skill warga binaan. Misalnya pelatihan apa yang dibutuhkan, termasuk hasil dari kreatifitas mereka. Wali kota juga menyampaikan jika warga binaan tetap memiliki hak yang harus dipenuhi. Mereka hanya kehilangan kebebasan, tetapi tidak kehilangan hak lainnya. Salah satunya hak untuk mendapatkan pengurangan dalam remisi. “Semoga bisa mempercepat proses kembalinya napi dan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Saya berpesan jangan berkecil hati, masih ada keluarga yang menunggu dan berharap kembali dengan perubahan yang lebih baik. Kesalahan yang sudah berlalu menjadi pembelajaran agar tidak mengulangi lagi kedepan. Apabila sebelumya sudah membuat malu keluarga, maka saat keluar nanti buatlah bangga keluarga,” pesan Habib Hadi, yang membuat warga binaan berkaca-kaca menyimaknya.
Selain memotivasi mereka agar berubah lebih baik, ia juga menyapa para penghuni lapas yang dikenalnya. “50 persen penghuni Lapas disini kenal saya, ada yang teman sekolah, santri, sahabat, teman masa kecil. Dan saya tidak malu menyebut anda sebagai teman meski berstatus warga binaan. Saya yakin setelah keluar dari sini, akan akan berubah. Tetap semangat karena ini bagian dari ujian hidup yang berat. Insya Allah membawa hikmah di kemudian hari,” ujar walikota.
Habib Hadi juga mengingatkan pentingnya protokol kesehatan dalam upaya memutus mata rantai covid 19. Menurutnya, lapas harus mendapat perhatian serius agar tidak muncul kluster baru dalam penyebaran covid 19. “Alhamdulillah lapas kelas IIB aman dari covid 19, namun jangan sampai lengah. Mari bekerja sama bahu membahu memutus mata rantai covid 19. Kebijakan tentang pembatasan kunjungan bukan bermaksud mempesempit ruang silaturrahmi, tapi untuk menjaga kesehatan bersama,” pungkasnya. (geo/mzm)