Pendidikan
Kota Malang Miliki 65 Guru Penggerak
Memontum Kota Malang – Kota Malang resmi miliki 65 guru penggerak untuk angkatan pertama. Sejumlah tenaga itu, terdiri dari guru PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK. Mereka, nantinya juga bersinergi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, seperti pada simposium pertama guru penggerak yang diadakan di salah satu hotel Kota Malang, Selasa (21/09/2021).
Dikatakan Kepala Pusat P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) PKN dan IPS Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Dr H Subandi MM, guru penggerak ini telah menjalani pendidikan dan pelatihan selama berbulan bulan sebelumnya.
“Karena mereka diharapkan bisa jadi pemimpin pembelajaran, hingga nantinya menjadi calon-calon kepala sekolah yang berkualitas. Guru penggerak ini selanjutnya akan berkiprah di sekolahnya masing masing dan berkewajiban membawa perubahan dan pengembangan pembelajaran atau merdeka belajar yang kritis, kreatif, dan berdampak kepada peserta didik,” urainya.
Baca juga:
- Pj Wali Kota Malang Tekankan Kewaspadaan Dini Jaga Kondusifitas Pilkada 2024
- Peduli Wilayah Kekeringan, Bunda Indah Distribusikan Tangki Air Bersih untuk Masyarakat
- Ketua DPRD Trenggalek Definitif Periode 2024-2029 Resmi Ditetapkan
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
Karena harus mempersiapkan ide pembelajaran out of the box, seleksi guru penggerak ini dikategorikan sangat berat. “Seleksinya luar biasa ketat. Makanya, maaf, yang sudah tua itu banyak tidak nutut karena ketentuan luar biasa,” jelasnya.
Ke depan, tambahnya, mereka semua pun juga dikader menjadi pemimpin pembelajaran atau kepala sekolah. Karena pelatihan calon kepala sekolah tidak akan ditiadakan lagi.
“Jadi kepala sekolah nantinya akan direkrut dari guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran ke depan,” sambungnya.
Selain pembelajaran yang menyenangkan (Joyful Learning) dan pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning), sebuah inovasi juga tetap dibutuhkan. “Ini baru awal, mereka harus melakukan diseminasi dan refleksi kepada teman teman guru untuk melakukan coaching atau mentoring sosialisasi kepada teman guru. Harus berinovasi, mereka sudah dilatih selama sembilan bulan untuk melakukan inovasi. Terus berjalan tidak terbatas waktu sampai bisa melakukan tugas tugasnya sebagai guru penggerak,” imbuhnya.
Sementara Wali Kota Malang, Sutiaji, yang hadir dan memberi sambutan pembuka pada simposium guru penggerak angkatan pertama itu berharap agar ilmu guru penggerak bisa ditularkan ke guru lain. Sehingga inovasi bisa berjalan lebih maksimal dan pembelajaran lebih efektif.
“65 guru ini adalah menjadi pioner, harus terus bergerak tidak boleh berhenti. Apa yang didapat ini kemudian bisa direplika. Sehingga dari 65 bisa menjadi 600 guru penggerak,” harapnya.
Pemilik kursi N1 itu sangat konsen dengan dunia pendidikan. Pasalnya, dari bidang itulah maka didapatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Pembangunan bangsa tergantung kepada insan pendidikan atau guru saat ini,” imbuhnya.
Terakhir, dirinya berjanji akan memberikan dukungan penuh untuk sinergi bersama dengan guru penggerak. “Kami akan dukung salah satunya dengan APBD, kemudian dengan memaksimalkan potensi luar biasa dari KKG (Kelompok Kerja Guru), MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) hingga guru mapel nanti akan didorong supaya benar benar paradigma ditanamkan dari guru penggerak,” tuturnya. (hms/mus/sit)