Bondowoso
Respon Rencana Produksi Pisang Cavendish di Bondowoso, Petani Ingatkan Kriteria Ekspor
Memontum Bondowoso – Rencana pemerintah Kabupaten Bondowoso melakukan pengembangan sektor hortikultura dengan mengajak petani melakukan penanaman pohon Pisang Cavendish, mendapat masukan positif dari mantan petani pisang serupa di Bondowoso, Suprapto. Itu karena, gerakan penanaman perdana yang sudah dilakukan Bupati Bondowoso di Desa Maskuning Kulon, Kecamatan Pujer, pada Sabtu (29/01/22) kemarin, memiliki banyak kriteria untuk dapat dipasarkan di tingkat ekspor.
Sehingga, jika asal-asalan dalam menanam atau budidaya, maka hasil panen akan sulit terjual hingga ekspor. Secara otomatis, bukannya keuntungan yang akan diperoleh petani, namun malah sebaliknya.
Dikonfirmasi Minggu (30/01/2022), Suprapto menjelaskan, dirinya bertani Pisang Cavendish sejak September 2019. Luas lahan miliknya sekitar 2 hektare, dengan bibit pisang yang dibelinya kala itu senilai Rp 15 ribu per batang.
“Bibit kultur jaringan tersebut berasal dari Kediri. Saya beli bibit sebanyak 2 ribu batang. Nilai totalnya Rp 30 juta. Satu pohon, jika sudah panen berisi satu tandan dengan sembilan hingga 10 sisir,” jelasnya.
Setelah panen, lanjutnya, dirinya langsung menghubungi pihak dari Vietnam, sebagai negara sasaran ekspor. Perwakilan petugasnya yang berkantor di Surabaya, pun langsung datang ke lokasi miliknya. Ternyata, seluruh buah hasil panennya ternyata tidak memenuhi syarat.
Baca juga :
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
- Pemkab Banyuwangi Raih Penghargaan Penyelenggaraan Air Minum Aman dari Menteri PUPR
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
- Pj Bupati Teguh Buka Gelaran Seminar Kebangsaan di Jombang Fest 2024
Ditambahkan, akibat kondisi itu, dirinya pun merugi hingga Rp 100 juta lebih. Akhirnya, pisang hasil pun disiasati dengan menjualnya kepada pengepul yang biasa berjualan di Pasar Induk Bondowoso. Itu pun, hanya laku 10 tandan dengan masing-masing dijual Rp 50 ribu atau total Rp 1 juta.
Mensikapi realita itu, Prapto-sapaannya pun menyarankan, jika bupati ingin mengembangkan Pisang Cavendish, sebaiknya disiapkan sebagai bahan dasar tepung. Itu pun, harus ada pabrik lokal yang siap menerima hasil panen petani. Namun, dengan dijadikan bahan dasar tepung, maka peluang pengembangan kian optimal.
“Karena tepung pisang, bisa dipasarkan di Bondowoso dan bisa juga di ekspor. Kalau di ekspor pisangnya, harus memenuhi kriteria tertentu. Mulai besarnya, kemulusan dan panjang pisang,” kata Prapto
Sebagaimana diketahui, untuk menunjang dan menggerakkan perekonomian petani, Pemkab melalui Bupati Bondowoso, KH Salwa Arifin, mengajak petani menanam Pisang Cavendish. Penanaman perdana dilakukan sudah dilakukan di Desa Maskuning Kulon Kecamatan Pujer. Hadir pada acara tersebut, Kemenko perekonomian, Kemenkeu, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Kemendes, Bank BNI dan PT Great Giant Pineaple serta beberapa bupati di Wilayah Jawa Timur. (sam/zen/sit)