Kabupaten Malang
Yayasan Karmel HUT ke 92, Peringati dengan Peduli Lingkungan Bebaskan Burung dan Ikan
Memontum Malang—- Yayasan Karmel eks karesidenan Malang di hari ulang tahun yang ke 92 menggelar acara melepas kehidupan dalam bentuk melepas burung dan melepas ikan di sungai Brantas, Jumat (26/1/2018). Romo Bonifasius Budiono, Ketua Yayasan Karmel Keuskupan Malang menjelaskan, dalam rangka hari ulang tahun yang ke 92 Yayasan Karmel tahun ini menggelar beberapa acara yang sifatnya melestarikan lingkungan.
Seperti melepas burung dara 9, burung hantu 2 dan burung yang lainnya sejumlah 92 burung yang menyimbolkan yayasan Karmel sudah berusia 92 tahun, juga melepas ikan sebanyak 6000 ekor dari ikan wader. Yayasan Karmel sendiri membawahi lembaga pendidikan dari Taman Kanak-kanak ada 12 sekolah, jenjang sekolah dasar 19 sekolah, jenjang sekolah menengah pertama ada 25 sekolah, jenjang sekolah menengah atas 4 sekolah dan jenjang sekolah menengah kejuruan 1 sekolah sehingga total 61 Sekolah di bawah naungan yayasan Karmel.
“Yayasan Karmel berharap bisa melayani anak-anak titipan Tuhan dan anak-anak bangsa jangan sampai tidak bisa sekolah hanya karena miskin,” ujarnya. Pihaknya , berharap dalam pembelajaran menanamkan nilai kasih, persaudaraan, rasa hormat terhadap perbedaan dan membangun Nasionalisme. Karena dalam bernegara ada perbedaan dari ras, agama dan suku.
“Tapi bagaimana perbedaan itu seperti mozaik kehidupan. Sehingga generasi yang akan datang sungguh cinta bangsa dan cinta negara,” tegasnya.
Yayasan Karmel tidak mungkin membangun dalam sebuah rumah besar Indonesia. Tetapi yayasan Karmel ingin membangun dari Indonesia yang kecil melalui pendidikan. Rangkaian ulang tahun yayasan Karmel sudah melaksanakan beberapa kegiatan mulai Porseni SD, SMP dan SMA di bawah yayasan Karmel eks karesidenan Malang. Bahkan menggelar membuat puisi sastra Jawa yang bekerja sama dengan majalah Jaya Baya.
Dalam ulang tahun yayasan Karmel yang ke 92 juga menggelar aksi tabur bunga di taman pemakaman Sukun di pusara tiga orang Belanda yang sangat peduli terhadap pendidikan. Ketiganya adalah Pastor Nicolas Van der Pas,O.Carm, kedua Mgr . A.E.J Albers,O.Carm dan yang ketiga Rm Van den Hork.O.Carm.
Romo Budiono, menambahkan ketiganya adalah orang Belanda yang sangat peduli atas nasib warga negara Indonesia yang dijajah oleh bangsanya. Sehingga mereka berinsiatif mengentaskan kemiskinan rakyat Indonesia dengan mendirikan lembaga pendidikan.
”Sekolah kita ini adalah miniatur Indonesia. Dan dari 650 karyawan, 110 karyawan kami adalah muslim. Di sekolah kami yang Madura juga ada yang berjilbab. Di sana ada 7 sekolah,” jelas Romo Hudiono.
Bahkan saat ada yang melaksanakan ibadah haji dan izin selama 40 hari, pihak Yayasan tidak mempermasalahkan.
“Namanya orang beribadah ya kami izinkan. Nggak boleh kalau dilarang-larang. Saya selalu bilang sekolah kita adalah miniatur Indonesia, sekolah kita menjadi perekat kebangsaan. Saya tidak mengizinkan fanatisme sempit tentang agama apapun di sekolah naungan Yayasan Karamel,” jelasnya.(met/yan)