Kota Malang

BAPETEN Gandeng UB, Ciptakan SDM Ketenaganukliran

Diterbitkan

-

BAPETEN Gandeng UB, Ciptakan SDM Ketenaganukliran

Memontum Kota Malang – Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, BAPETEN sebagai lembaga pengawas ketenaganukliran mempunyai fungsi strategis untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup, yang memandang perlu adanya komunikasi dengan stakeholder dan masyarakat.

Salah satu sarana yang digunakan untuk mewujudkan hal tersebut, diadakan agenda tahunan Seminar Keselamatan Nuklir (SKN) 2018, di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (2/8/2018). SKN kali ini dirancang sebagai forum pertemuan ilmiah para ilmuwan dan pegiat teknologi keselamatan nuklir, bertemakan “Peningkatan Optimisasi Proteksi Radiasi dalam Pengawasan Ketenaganukliran yang Terpadu”.

Pemukulan gong penanda dibukanya SKN 2018. (rhd)

Pemukulan gong penanda dibukanya SKN 2018. (rhd)

“SKN memiliki visi mengenalkan bidang ketenaganukliran kepada stakeholder dan masyarakat yang lebih luas, seperti instansi terkait (Kemenkes, Kemenristekdikti, BATAN, KLHK, BMKG, LIPI, BPOM, ESDM), akademisi, pemerhati, asosiasi profesi, sehingga dapat menjadi isu nasional,” jelas Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU, Ketua Bapeten, saat memaparkan materi Bapeten menyongsong industri 4.0.

Jazi menambahkan, saat ini telah terpasang 3 Radiological Data Monitoring System (RDMS), yakni Reaktor Riset BATAN di Serpong, Bandung, dan Jogja, dari rencana 9 RDMS. Sementara untuk BMKG ada 126 lokasi. Tantangan yang dihadapi Bapeten, Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih luas dibandingkan Amerika. Sehingga dalam pelaksanaanya, Bapeten menggandeng konsorsium Ristek, BATAN, PT LEN, UGM, UB, dan lainnya.

Para pemateri bersama jajaran UB dan Bapeten. (rhd)

Para pemateri bersama jajaran UB dan Bapeten. (rhd)

Selain itu, sekitar 12 ribu lembaga yang bergerak di bidang kenukliran. Namun SDM dari Bapeten masih minim. Sehingga untuk pelaksanaan pengawasan, Bapeten menggandeng akademisi dari Perguruan Tinggi. Tak hanya pengawasan, namun juga nantinya akan dimunculkan tenaga ahli dari Perguruan Tinggi untuk melatih operasional teknologi kenukliran.

Selain Kepala BAPETEN Jazi Eko lstiyanto, hadir sebagai pembicara kompeten lainnya, yaitu Dekan Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Adi Susilo, dan Tony Colgan dari Intemational Atomic Energy Agency.

Advertisement

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UB turut menginisiasi SKN 2018. Bapeten bekerjasama dengan UB bertujuan membawa khasanah pengawasan ketenaganukliran ke dalam dunia akademik. “Sebenarnya banyak yang bisa dikerjasamakan. Tak hanya melalui FMIPA, tapi bisa semua fakultas di UB. Hanya saja, saat ini skala prioritasnya FMIPA untuk mengembangkan SDM operator tenaga nuklir. Seperti di beberapa ruangan rumah sakit, BMKG, operator provider, dan lainnya,” jelas Drs. Adi Susilo, M.Si, PhD, Dekan FMIPA Universitas Brawijaya, yang membawakan materi Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Ketenaganukliran di Indonesia.

Senada dengan pernyataan Jazi, bahwa SDM Bapeten terbatas, sehingga dibutuhkan sinergisitas dengan UB sebagai kepanjangan tangan untuk kolaborasi. “Misal di rumah sakit, akademisi sebagai medical phisik mengantarkan mahasiswa memahami peralatan dan istilah medis. Yang menangani itu dari Fisika, untuk membimbing tenaga radiasi / kenukliran, sekaligus sosialisasi nuklir di rumah sakit,” tambah Adi. (rhd/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas