Kota Malang
Tertarik Hewan Eksotik, Siswa SD Serbu Vetfest 2018
Memontum Kota Malang—-Keterbatasan pengetahuan tentang regulasi dan peraturan yang berlaku sebagai syarat legalitas dalam pemeliharaan hewan eksotik, sumber informasi, dan dokter hewan yang terampil menangani kesehatan hewan eksotik, berakibat pada kurangnya kesadaran masyarakat. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, Universitas Brawijaya melalui Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) menyelenggarakan Veterinary Festival (Vetfest) 2018.
Vetfest 2018, merupakan rangkaian Dies Natalis UB ke-56, di Kampus 2 UB Puncak Dieng, selama 2 hari, Sabtu-Minggu (17-18/11/2018). Tujuan Vetfest 2018, untuk mewujudkan peran penting dokter hewan dalam mensejahterakan manusia melalui kesehatan hewan. Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan sebagai upaya melindungi hewan eksotik yang saat ini banyak dijadikan hewan peliharaan.
“Ada banyak hewan yang dipertunjukkan dalam 22 stand komunitas, seperti ikan, iguana, rabbit, ular, burung, ayam pelung, anjing, kucing, dan lainnya. Selain itu, ada talkshow, seminar, sharing ilmu, pemeriksaan, kontes, dan lainnya. Tak hanya remaja dan dewasa, pengunjung anak usia sekolah seperti Paud, TK, dan SD sangat tertarik sebagai sarana edukasi untuk mengenal, mencintai, dan merawat hewan dengan baik, terutama hewan eksotik. Paling banyak rombongan anak usia sekolah. Untuk kontes hewan eksotik ada 25 kategori dengan target peserta lebih dari 100,” jelas Ketua Panitia, drh. Viski Fitri Hendrawan, di sela acara kepada Memontum.com.
Untuk agenda hari pertama, Sabtu (17/11/2018), diantaranya expo dan bazar; pengenalan hewan eksotik kepada siswa TK dan SD melalui kegiatan mewarnai dan talkshow; Vet Talk dengan komunitas ayam pelung community, fish spot, ikan predator; dan sosialisasi DNA sexing (mengetahui jenis kelamin) pada burung.
Sementara agenda hari kedua, Minggu (18/11/2018), digelar Kontes Reptil Nasional, seminar tentang “Avian and Exotic Animal Medicine” untuk dokter hewan; pemeriksaan DNA gratis untuk Sexing (mengetahui jenis kelamin) burung; talkshow dari Komunitas (komunitas ikan Louhan, balai karantina hewan dan tumbuhan, dinas pertanian kota Malang, komunitas Rottweiler Indonesia, komunitas merpati, EJRA, dan komunitas ikan cupang); dan ditutup bird free flight show.
Wakil Dekan I FKH UB drh Dyah Ayu Oktaviani M.Biotech, mengatakan kegiatan tahun kedua ini untuk mengenalkan kesehatan hewan kepada masyarakat pecinta hewan, sekaligus edukasi dan pencegahan penularan penyakit hewan kepada manusia. “Untuk DNA sexing atau tes mengetahui jenis kelamin burung kami berikan gratis saat acara untuk 100 pendaftar. Diluar itu dikenakan biaya, namun terjangkau di bawah Rp 100 ribu. Hasil tes bisa diketahui 1-2 minggu. Tidak banyak lab ADD (Animal Disease Diagnostic) untuk DNA Sexing di Indonesia, namun FKH dan RSHP UB salah satunya yang memiliki DNA Sexing,” jelas Dyah Ayu. (rhd/yan)