Surabaya
Tugas Besar Menanti Khofifah-Emil
Memontum Surabaya—Memasuki bulan kedua di tahun 2019, masyarakat Jawa Timur (Jatim) terhitung per hari Rabu (13/2) mempunyai gubernur-wakil gubernur baru, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak. Uraian kata bernada harapan telah banyak disematkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Awak Memontum.com mencoba merangkum semua untaian kata yang ditujukan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur baru itu.
HARAPAN DARI MANTAN
Harapan itu datang dari siapa saja, tak terkecuali Soekarwo, yang kini resmi menyandang predikat mantan gubernur Jatim. Soekarwo meyakini jika Khofifah dan Emil akan mampu mengakomodasi suara dari berbagai elemen masyarakat termasuk wong cilik.
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, konsolidasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dan kalangan kritis pada pembangunan serta tiang ke empat yaitu media akan lebih mudah terlaksana. “Sudah masuk dalam proses bagaimana sebetulnya mendengar kan suara silent majority yang tidak terdengar,” harap Soekarwo, Rabu (13/2/2019).
Lebih lanjut, Pakde Karwo menilai Sumber Daya Manusia (SDM) di Jatim mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan agar Sumber Daya Alam (SDA) di Jatim yang melimpah bisa lebih dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan Indonesia Timur. “66.9 persen industri pengolahan kita dibidang agro industri dan agro bisnis, dan itu menjadi masa depan kita. Di 2017, neraca perdagangan kita Rp 23 T surplus dengan Asean,” ungkap Pakde Karwo.
Menurutnya, baik Khofifah maupun Emil adalah orang asli Jatim yang sudah paham tentang kultur masyarakat di Jatim. “Saya kira beliau kelahiran sini sudah masuk di dalam lingkaran kultural kebiasaan dan perilaku masyarakat Jatim yang khas open minded, sangat terbuka,” kata Pakde Karwo.
Sementara itu, Saifullah Yusuf juga resmi melepas jabatannya sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. Pria yang akrab disapa dengan Gus Ipul ini mempunyai sejumlah pesan untuk Gubernur dan Wagub Jatim terpilih, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.
Pertama Gus Ipul ingin Khofifah dan Emil menyelesaikan masalah banjir di beberapa kabupaten dan kota. Antara lain, di Sampang dan beberapa kabupaten/kota lainnya.
Tak hanya soal banjir, pria kelahiran Pasuruan ini juga mempunyai harapan lain. Ia ingin Khofifah dapat menyelesaikan masalah pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Lebih spesifiknya, Gus Ipul ingin pemerintahan Khofifah dapat mengatasi dampak buruk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Gus Ipul memberi contoh soal impor cangkul, susu, dan komoditas lain.
“Misalnya pacul. Urusan pacul saja kita impor. Padahal, kita punya industri pacul yang dikelola UMKM. Tapi harganya memang lebih mahal. Itulah tantangan yang harus diatasi pemerintah,” kata Gus Ipul.
SUARA DEWAN
DPRD Jatim berharap Gubernur dan Wagub Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak didorong menjalankan 9 program Bhakti Satya.
Ketua DPRD Jatim, Abdul Halim Iskandar menyampaikan DPRD Jatim punya kepentingan bersama Pemprov Jatim untuk mensejahterakan rakyat. “Ini sama saja dengan ta’aruf menyongsong pelantikan Gubernur Jatim,” terang Halim.
Lebih lanjut Ketua DPW PKB Jatim itu menjelaskan, pertemuan dengan gubernur Khofifah-Emil Dardak dengan pimpinan dewan, juga sengaja melibatkan ketua-ketua fraksi DPRD Jatim. Karena keputusan politik di DPRD Jatim itu sejatinya ada di tangan fraksi-fraksi.
“Sudah disepakati Banmus DPRD Jatim bahwa paripurna tentang sertijab dan penyampaian visi-misi Gubernur Jatim baru akan dilaksanakan Senin (18/2/2019) mendatang,” ujar Politisi asal Jombang ini.
Sementara itu, Ketua Komisi A Bidang Pemerintahan DPRD Jawa Timur, Freddy Poernomo berharap ke depan, Khofifah-Emil bisa membangun hubungan baik antara eksekutif dan legislatif seperti saat kepemimpinan Soekarwo-Gus Ipul.
“Fraksi boleh beda di DPRD, tapi fraksi kita adalah fraksi Jatim. Bersama-sama kita berikan yang terbaik untuk Jatim,” jelasnya.
Menurut Freddy, sebagai mitra pemerintahan daerah, tidak ada istilah atasan dan bawahan. “Yang ada check and balances. Saling mengontrol dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah. Gubernur bisa mengontrol DPRD, DPRD juga bisa mengontrol gubernur,” tandas Freddy.
TANGGAPAN MILENIAL DAN WONG CILIK
Tak hanya suara pemerintah dan legislatif, para kawula muda yang dikenal dengan sebutan generasi milenial pun juga ingin memberikan suara mereka demi kemajuan Jatim yang akan dipimpin Khofifah-Emil.
Nada optimis terlontar dari mulut Dyah Ayu Wulandari, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Perempuan yang akrab di sapa Dyah ini berharap pasangan Khofifah-Emil mampu mewujudkan progam-progam yang bersinggungan dengan generasi milenial.
Selain itu, mahasiswa semester V Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) ini ingin kepemimpinan yang diemban Khofifah-Emil selangkah lebih maju dari kepemimpinan Soekarwo-Saifullah Yusuf.
“Ya semoga tidak ingkar janji, semua janji kampanyenya terpenuhi dan lebih maju dan berkembang dari pemerintahan sebelumnya,” harapnya.
Hal senada juga diungkapkan Pita Sari mahasiswa semester V Stikosa-AWS. Menurutnya, pemerintahan Pakde Karwo dan Gus Ipul itu berjalan cukup baik. Mengingat berbagai penghargaan pernah diraih oleh Jawa Timur.
Mahasiswa yang kini berprofesi sebagai jurnalis muda di salah satu media online di Jatim ini mengingatkan, meskipun Jatim sudah banyak memperoleh penghargaan, bukan berarti kepemimpinan Pakde-Karwo dan Gus Ipul bisa dibilang sempurna.
Ia menganggap tentunya masih banyak lagi kekurangan yang tidak diketahui oleh masyarakat. “Nah itu tugas Bu Khofifah dan Mas Emil Dardak, untuk menembel atau bahkan memperbarui dengan progam-progam baru yang sudah dikampanyekan,” papar Pita.
Selain itu ia juga berharap gubernur dan wagub yang baru ini bisa memberikan wadah untuk anak muda, “entah itu memberikan start up atau pendidikan yang lebih baik memfasilitasi inovasi anak muda dan juga lebih bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak,” urai Pita.
Berbeda dengan tanggapan para kawula muda yang lainnya, Dicky Prasetyo pemuda 28 tahun yang bekerja sebagai juru parkir (jukir) di kawasan Tenggilis Mejoyo merasa mengeluh. Pasalnya, sejak ia lulus SMK, Dicky selalu disusahkan dalam hal dunia pekerjaan.
“Harapan saya sih gak muluk-muluk, saya berharap saya punya pekerjaan yang layak,” keluhnya.
Sementara itu, Tukang Roti Keliling Kartani berharap pemerintahan Khofifah-Emil lebih memperhatikan terhadap wong cilik. pria parubaya yang sudah bekerja sebagai penjual roti keliling sejak 1998 ini mengatakan, sebagai penjual roti keliling kini penghasilannya tidak seberapa.
“Kalau dulu lumayan, sekitar awal-awal saya bekerja untungnya lumayan. Kalau sekarang ya gitulah. Saya sih berharapnya supaya dagangan saya laku aja,” tukas pria 60 tahun ini.
Ditemui tak jauh dari sekitaran kawasan Tenggilis, Ninin selaku Pedagang Warung Kopi (Warkop) juga mengeluh adanya peningkatan harga kopi sachet yang ia jual. Dagangan ini naik semua, saya ingin harganya standar, stabil dan sekarang ganti harga semua e. Naiknya misal Rp 14 ribu jadi Rp 15 hingga 16 ribu,” keluhnya.
Selain itu ia pun membeberkan jika harga beras sekarang juga mulai merangkak naik, seiring dengan pergantian tahun. “Jangan melambung, terutama sembako karena diperlukan ibu-ibu. Beras naiknya Rp 2 ribu, biasanya Rp 9 ribu sekarang jadi Rp 11 ribu perkilo,” tutup Ninin. (sur/ano/yan)