Trenggalek
Bupati Trenggalek Kupatan di Babul Ulum Durenan
Memontum Trenggalek—Guna menjaga tradisi lebaran ketupat atau yang lebih dikenal dengan kupatan, Bupati Trenggalek, H Mochammad Nur Arifin bersilaturahmi ke keluarga Bani Mesir yang ada di Kecamatan Durenan. Seperti yang diketahui, Kupatan atau lebaran ketupat merupakan tradisi turun temurun masyarakat Trenggalek khusus di Kecanatan Durenan.
Dalam kesempatan ini, Bupati Trenggalek bersama jajaran Forkopimda Kabupaten Trenggalek bersilaturahmi ke kediaman keluarga Bani Mesir Kyai Abdul Masir. Mbah mesir merupakan pelopor tradisi kupatan di Kecamatan Durenan.
Menurut KH. Abdul Fatah Muin yang merupakan keturunan dari Mbah Mesir, tradisi kupatan telah berjalan kurang lebuh 200 tahun lalu . “Mbah Mesir memiliki kebiasaan bersilaturahmi atau sowan ke adipati saat lebaran tiba. Dan kembali setelah lebaran ke tujuh, ” ungkap Kyai Fatah saat dikonfirmasi, Rabu (12/06/2019).
Ditambahkan pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum Kecamatan Durenan ini, selama 6 hari Mbah Mesir maupun para ulama menjalankan puasa Syawal usai berpuasa di bulan Ramadhan. Sampai masyarakat merasa sungkan untuk berhalal bihalal karena tokoh panutan mereka masih berpuasa.
“Sebelum puasa Syawal selesai, masyarakat masih belum ada yang bersilaturahmi. Sehingga halal bihalal tersebut baru dilaksanakan setelah Mbah Mesir menyelesaikan puasanya, ” imbuhnya.
Dan ini menjadi cikal bakal lebaran ketupat yang selalu dilaksanakan sampai saat ini.
Perlu diketahui pula, Mbah Mesir juga lahir dibeberapa pondok besar di Jawa Timur, seperti pondok Ploso dan Lirboyo Kediri.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin merasa bersyukur bisa menjadi bagian dalam kegiatan yang sakral ini.
“Alhamdulillah saya dan keluarga masih diberi kesempatan untuk menjadi bagian dalam tradisi kupatan ini. Semoga tradisi ini masih akan tetap terjaga sampai nanti anak cucu kita juga ikut merasakan, ” ucap Arifin.
Masih terang suami Novita Hardiny ini, lebaran ketupat di Kabupaten Trenggalek ini merupakan tradisi tahunan yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Pasalnya kegiatan ini hanya ada di Kabupaten Trenggalek. Dan seharusnya menjadi salah satu icon wisata kuliner religius lokal di Kabupaten Trenggalek.
Bupati juga menekankan kepada Camat setempat untuk mendorong tradisi Kupatan ini agar mampu memecahkan rekor MURI tahun depan.
“Nanti akan kita agendakan 6 festival terbesar tradisi Kupatan di tahun berikutnya, ” tegas Arifin. (mil/yan)