SEKITAR KITA
Cek Bencana Longsor dan Tanah Gerak, Bupati Trenggalek Akan Siapkan Lokasi Relokasi
Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, kembali turun ke lapangan guna meninjau bencana tanah longsor dan tanah gerak di Desa Timahan, Kecamatan Kampak. Cuaca hidrometeorologi basah, memang masih menyisakan bencana di beberapa titik di Kota Keripik Tempe.
Bahkan, sedikitnya ada 13 KK yang terdampak bencana tanah longsor dan tanah gerak di Desa Timahan Kecamatan Kampak. Ditambah, kondisi insfratruktur jalan dan rumah warga yang terlihat retak-retak. Bahkan, salah satu warga terdampak, berinisiatif merobohkan rumahnya yang sudah doyong. Itu dilakukan, karena takut bangunan rumahnya roboh dan menimpa rumah warga yang lain.
Sebelumnya, ada sekitar 16 KK di Desa Pandean, Dongko, dipaksa untuk mengungsi karena kediamannya retak akibat tanah gerak. Kejadian tanah gerak di tempat ini, terjadi tiap tahun dan kembali bergerak di awal Oktober ini.
Bahkan, kejadian baru semakin parah, membuat retakan dinding rumah semakin besar.
Selain di Pandean, di Dusun Pule, Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan, bencana hidrometeorologi basah juga mengancam 37 rumah (51 KK). Sebelumnya, ada empat rumah pada Selasa (18/10/2022) lalu, rata dengan tanah akibat tersapu tanah longsor. Dari hasil mitigasi itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek, mengatakan bahwa tempat itu tidak aman untuk pemukiman dalam jangka waktu lama.
Baca juga :
- Pj Wali Kota Malang Terima Kunjungan Studi Lapangan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Kemendagri
- Antisipasi Sengketa Aset, BKAD Sebut Perlunya Kesadaran dan Pelibatan Masyarakat
- Sosialisasi Perubahan Permendagri Soal BMD dan Aset, Pj Wali Kota Malang Ingatkan Kehati-hatian dan Tertib
- Plt Bupati Malang bersama Kemenkes Launching Integrasi Layanan Primer untuk 39 Puskesmas
- Sukses Hantarkan Penghargaan Kabupaten Malang Berpredikat ODF, Dinkes Ganti Program Jambanisasi
Belum selesai dengan dua lokasi itu teratasi, warga Desa Timahan juga diresahkan dengan kejadian bencana yang sama. “Retakan tanah di tempat ini semakin parah. Bahkan, saat tidak turun hujan sekalipun, pergerakan tanah terus terjadi. Kalau hujan, malah seperti kota mati dan warga memilih untuk mengungsi karena takut tinggal di rumah,” ucap Kepala BPD setempat, Dul Mongin, Selasa (25/10/2022) siang.
Saat ini, sambungnya, warga terdampak hanya berharap bisa segera di relokasi. Mereka ingin aman dan tidak ingin merepotkan sanak saudara terus menerus, karena menumpang tinggal bila hujan turun. “Setidaknya, relokasi warga di sini bisa dipercepat. Tujuannya, agar tidak terlalu lama mengungsi ataupun tinggal bersama sanak saudara,” imbuhnya.
Usai meninjau dan menampung persoalan yang dialami warga, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menjelaskan bahwa rata-rata lahan itu milik Perhutani. “Ada 13 KK yang terdampak dan butuh relokasi. Karena di sini, rata-rata lahan hutan. Saya dorong mereka, agar untuk mencari tanah pemajakan yang pemerintah bisa beli,” terang Bupati Arifin.
Dengan begitu, tambahnya, Pemkab bisa menyiapkan relokasi yang lebih aman. “Karena warga masyarakat sudah sangat resah. Meskipun tidak hujan, namun retakannya semakin lama juga semakin meluas,” urainya.
Sama dengan bencana tanah gerak di Pandean dan Sumurup, Bupati Trenggalek juga melihat lokasi bencana di Timahan. Lokasi ini, juga tidak aman untuk hunian dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, solusi penanganannya dengan hanya dengan relokasi. (mil/gie)