Berita
Museum Musik Indonesia, Siap Arsipkan Majalah Musik dan Bantu Ambon sebagai Kota Musik Dunia
Memontum Kota Malang – Di Lantai dua Gedung Kesenian Gajayana Kota Malang, terdapat sebuah Museum Musik yang berdiri sejak tahun 2016. Sebelumnya telah dirintis mulai tahun 2009 dengan nama Galeri Malang Bernyanyi. Setelah itu diubah menjadi Museum Musik Indonesia pada tahun 2016 sampai sekarang.
Jumat (24/7/2020) Hengky Herwanto, ketua MMI di sela-sela kesibukaannya mengungkapkan bahwa baru-baru ini UNESCO memberikan kepercayaan kepada MMI untuk mengarsipkan Majalah Aktuil yang terbit sekitar tahun 1967 sampai 1978 untuk di digitalisasi dan akan di share di website resmi MMI agar dapat di akses secara gratis oleh pecinta Musik di seluruh dunia.
“Kita dapat bantuan dari UNESCO untuk digitalisasi majalah aktuil ini sekitar 200 majalah, rencana selesai pada bulan November dan ini masih lagi tahap pengerjaan,” terang ketua MMI Hengky Herwanto.
MMI sebagai salah satu museum musik yang berada di Kota Malang memiliki beragam koleksi mulai dari Rekaman, cetak, digital, instrumen hingga memorabelia seperti souvenir sampai kostum dan merchandise para musisi yang sangat bersejarah.
Untuk rekaman mempunyai tifa klasifikasi mulai kaset pita, CD hingga vinyl. Ketua MMI itu mengungkapkan bahwa sebagian besar koleksi di museum ini yaitu sumbangan dari masyarakat, pecinta musik, kolektor hingga seluruh dunia. “Disini sebagian kecil memang koleksi pribadi saya, tetapi sebagian besarnya lagi adalah sumbangan dari masyarakat seluruh dunia,” tambahnya.
Kedutaan Belanda pernah menyumbangkan 800 buah CD khusus penyanyi-penyanyi belanda untuk di taruh di Museum Musik Indonesia. Hal-hal lainnya juga ada dari pegiat musik lokal dan kolektor musik seluruh Indonesia yang juga perduli dengan Museum ini dan menyumbangkan banyak koleksinya untuk di pajang di museum.
Klasifikasi musik yang berada di museum sangat beragam. Tetapi dari awal MMI juga memfokuskan pada musik traditional seluruh indonesia yang sudah di bagi-bagi penempatannya. Ada juga beberapa alat musik traditional indonesia yang juga masih di mainkan oleh para musisi di MMI.
Bagi ketua MMI rilisan musik yang paling bersejarah yaitu milik Koes Bersaudara yaitu album yang di buat ketika grup Koes Bersaudara berada di dalam penjara setelah memainkan musik-musik Rock barat. “Kita punya rilisan fisiknya dan itu sangat bersejarah menurut saya karena ke unikan musik dan liriknya ketika dibuat di dalam penjara tersebut,” ungkapnya.
Tak sedikit musisi indonesia yang sering datang ke Museum Musik Indonesia diantara lain ada Ebiet G Ade, Krisdayanti, The Rollies, Ahmad Albar (Godbless), Grace Simon hingga Ryan D’Masiv. Tak hanya musisi lokal namun juga banyak dari musisi Indie luar negeri yang sempat berkunjung ke MMI dan memberikan beberapa koleksi nya untuk di tempatkan di museum ini.
Tak hanya penghargaan dari UNESCO, MMI juga membantu Kota Ambon untuk menjadi Kota Musik Dunia setelah Ambon di nobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Musik. MMI membantu dari sisi dokumentasi musiknya, telah dikirimkan 100 kaset pita, 100 CD dan juga 100 Vinyl (piringan hitam) untuk menjadi pusat dokumentasi musik Nasional.
“Kita juga sudah mengerimkan banyak sekali dokumentasi musik dan rilisan kepada Kota Ambon sebagai pusat Kota Musik Dunia,” tambahnya.
MMI juga berharap kepada pemerintah agar bisa di fasilitasi lebih dari segi tempat, karena semakin banyaknya koleksi yang bertambah juga membutuhkan space ruang yang lebih meluas juga, “ya semoga pemerintah bisa membantu dari gedungnya, ini kan kami di pinjami pemerintah semoga nanti bisa di perluas di lantai duanya kalo bisa keseluruhan gedung kesenian ini karena semakin bertambahnya koleksi kami juga butuh space yang lebih luas untuk menata koleksi kita ini,” tutupnya. (mg1/yan)