Sidoarjo
Produksi Turun 50 Persen, Petani Rumput Laut Sidoarjo Keluhkan Proses Pengeringan
Memontum Sidoarjo—-+- Sejak memasuki musim hujan, para petani rumput laut asal Sidoarjo mulai mengeluhkan proses pengolahan dan pengeringan rumput laut. Hal ini disebabkan sejak musim hujan, hasil produksi pengolahan dan pengeringan rumput laut menurun drastis hingga mencapai 50 persen dibandingkan musim kemarau sebelumnya. Kondisi ini berpengaruh pada omzet para petani rumput laut yang ada di Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.
Hal ini dipicu susahnya proses pengeringan rumput laut saat musim hujan. Apalagi para petani rumput laut hingga kini, belum memiliki mesin oven (pengering). Mereka terbiasa menggunakan sinar matahari dalam proses pengeringan rumput laut.
Salah satu petani rumput laut, Mustofa mengaku saat musim kemarau petani rumput laut bisa mengeringkan rumput laut hingga 400 ton dalam sebulan. Namun memasuki musim penghujan dengan cuaca tidak menentu hanya bisa mengeringkan rumput laut antara 150 hingga maksimal 200 ton per bulan.
“Ini jelas menurunkan omzet kami sebagai petank rumput laut. Kalau menggunakan oven otomatis biaya tambahan harus dikeluarkan. Kami menjual rumput laut dalam kondisi sudah kering ke perusahaan,” terangnya kepada Memontum.com, Senin (03/12/2018).
Lebih jauh Mustofa menguraikan
dengan turunnya hasil proses pengeringan itu, otomatis mengurangi pendapatan para petani rumput laut yang ada di wilayah pesisir Sidoarjo, terutama di kawasan Kecamatan Jabon. Kendati demikian beberapa petani memiliki cara untuk menyiasati persoalan itu. Yakni dengan mengelola sendiri rumput laut melalui kreativitas masyarakat sekitar.
“Beruntung petani rumput laut disini masih memiliki inisiatif untuk sisa rumput laut yang belum mengering dikelola untuk dijadikan makanan ringan. Sisanya dijual dengan bentuk bahan baku atau berupa rumput laut kering mentah,” imbuhnya.
Mustofa yang sekaligus pengepul rumput laut ini menjelaskan hingga kini harga rumput laut masih cukup baik. Yakni untuk harga bahan baku rumput laut mentah seharga Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogram.
“Semua harus berupa rumput laut kering. Kemudian dijual ke perusahaan pengelola makanan mulai yang ada di dalam negeri hingga melalui ekspor luar negeri,” tegasnya.
Sementara dengan adanya masalah kesulitan pengeringan itu, kata Mustofa
pihaknya berharap Pemkab Sidoarjo mendengar keluhan para petani rumput laut itu. Apalagi, turunnya omzet itu dapat berimbas terhadap puluhan petani dan pekerja rumput laut.
“Harapannya kami ke pemerintah selain bisa membantu dalam pemasaran juga membantu solusi memberikan bantuam mesin pengering rumput laut. Tujuannya agar petani rumput laut di kawasan terpencil bisa mengangkat ekonomi warga sekitar,” tandasnya. Wan/yan