Pemerintahan
Siapkan Trenggalek Jadi Tuan Rumah Festival Mangrove 2023, Gubernur Jatim didampingi Bupati Arifin Lakukan Peninjauan
Memontum Trenggalek – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, melakukan kunjungan kerja (Kunker) dengan meninjau dua lokasi sekaligus di wilayah Kabupaten Trenggalek. Dua lokasi itu, yakni Pantai Mutiara dan Hutan Bakau Mangrove Pancer Cengkrong Kecamatan Watulimo.
Dengan didampingi Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, Gubernur Jatim juga berkeliling di Perairan Pantai Mutiara dan meninjau upaya konservasi ekosistem bawah laut, yang merupakan kerjasama antara Pemrov Jatim dengan Pemkab Trenggalek bersama Pokmaswas setempat. Bergeser dari Pantai Mutiara, Gubernur Jatim beserta rombongan menuju ke Hutan Bakau Mangrove Pancer Cengkrong.
Menempuh jarak sekitar 5 kilometer dari Pantai Mutiara, mantan Menteri Sosial RI, ini menyebut jika Pemprov Jatim bersama Pemkab Trenggalek berupaya menjaga ekologi pantai dengan melakukan penanaman mangrove, underwater restocking, transplantasi terumbu karang, rumah apung hingga membuat apartemen ikan. “Di Jawa Timur, 48 persen itu adalah hutan mangrove. Bahkan, hampir setiap bulan kita menanam mangrove bersama semua elemen. Penanaman dan pemeliharaan ini, kita lakukan dengan sinergitas yang cukup baik,” terang Gubernur Jatim, Sabtu (18/02/2023) siang.
Dijelaskan Gubernur Khofifah, rencananya di tahun 2060, Indonesia akan Net Zero Emission (netralitas karbon). Istilah ini, digunakan dalam upaya menyeimbangkan antara jumlah karbondioksida yang dilepaskan di atmosfer dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca dalam suatu kegiatan.
Baca juga:
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
- Pemkab Banyuwangi Raih Penghargaan Penyelenggaraan Air Minum Aman dari Menteri PUPR
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
- Pj Bupati Teguh Buka Gelaran Seminar Kebangsaan di Jombang Fest 2024
“Penyerapan emisi karbon ini sepenuhnya dilakukan melalui ekosistem bumi, seperti hutan dan laut. Maka Net Zero Emission ini bisa diwujudkan mulai dari sekarang. Selain itu, menanam mangrove sama saja dengan sedekah oksigen,” imbuhnya.
Selain menjaga ekologi, lanjut Gubernur, hilirisasi mangrove juga bisa menjadi nilai tambah ekonomi masyarakat sekitar pesisir pantai. Kalau di Trenggalek, sudah ada warga yang berinovasi membuat sirup dari mangrove. Selain itu masyarakat juga sudah mulai bisa menyemai benih kepiting yang hidup di hutan mangrove.
“Saat ini, luasan mangrove di Jatim mencapai 1.821 hektar. Dengan perkiraan ada 3.300 pohon di setiap hektarnya,” terang Gubernur Khofifah.
Sementara itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, mengatakan kontribusi terbesar jumlah oksigen yang ada di dunia bukan hanya dari hutan tropis, tetapi dari ekosistem pantai. “Makanya, provinsi banyak program mulai dari fish apartment kemudian juga penanaman terumbu karang. Termasuk, rumah apung dan juga restocking di kawasan pesisir, sehingga kemudian ekosistem di laut menjadi bagus,” kata Bupati Arifin.
Ditegaskan suami Novita Hardiny ini, saat meninjau Hutan Mangrove di Pancer Cengkrong, Gubernur Jatim menyebut jika biota di kawasan tersebut cukup terjaga. Gubernur Khofifah sendiri merupakan sosok yang peduli terhadap ekologi utamanya di pesisir.
“Penjagaan ekologi yang dilakukan pemerintah provinsi, dalam hal ini Ibu Gubernur, itu kemudian juga bisa menghasilkan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Terbukti, masyarakat Trenggalek selama ini mendapatkan berkah di kawasan-kawasan konservasinya,” terangnya.
Rencananya, ujar Bupati Arifin, Pemprov Jatim akan menggelar festival mangrove di lokasi tersebut pada Maret 2023 mendatang. “Jadi kalau festival mangrove, ya menanam, menyemai benih, terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove. Hilirisasinya sangat banyak dan insyaallah Maret nanti,” ungkap Mas Ipin-sapaan akrabnya.
Dirinya menekankan, bahwa nilai tambah dari mangrove bisa dirasakan masyarakat melalui penguatan kreativitas dan inovasi. Jika dari sisi pemberdayaan bisa dirasakan, maka ekologi juga akan terbangun.
“Jadi, kita berbicara ekosistem daya dukung alam, daya dukung lingkungan. Itu, kaitan dengan mangrove. Dimana, seringkali saya menyampaikan kalau saya nanam mangrove itu adalah bagian dari sedekah oksigen,” paparnya. (mil/sit)