Surabaya
Sikapi Musim Hujan, Bagus Ciptakan Pengering Sepatu Kilat
Memontum Surabaya—-Selama ini mengeringkan sepatu basah oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia masih menggunakan cara konvensional, yakni menjemur dengan manfaatkan terik matahari. Namun jika musim hujan, matahari tak selalu muncul, alhasil sepatu bisa kering dalam waktu berhari-hari.
Melihat fenomena ini, Alamgumelar Bagus Rizkianto, mahasiswa semester akhir, jurusan sistem komputer, Institusi Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya tertarik untuk merancang sekaligus melakukan penelitian akan mesin pengering sepatu dengan kompor sebagai sumber panas yang diberi nama ‘Rancang Bangun Pengering Sepatu Berdasarkan Kelembaban Metode Proportion Integral Derivative (PID).
“Kalau kehujan kan biasanya ngeringin sepatu lama, karena mataharinya cuman sebentar. Nah kalau pengering sepatu ini bisa cepat, cuman satu jam lebih sedikit, sepatu kering dan bisa dipakai lagi,” kata Bagus di STIKOM Surabaya, Rabu (13/2/2019).
Mesin pengering yang menggunakan daya DHT 11 (sensor suhu dan kelembaban) dan Adruino (pusat kontrolnya). Menurut bagus, dua daya itu lah yang paling penting dalam pembuatan mesin. Juga terdapat sinar UV dan kipas dari komputer yang mempercepat pengeringan.
“Dalam mesin pengering sepatu ini bisa membunuh bakterinya dengan sinar UV, dan butuh waktu 30 detik serta bisa disetting juga waktunya. Ada juga kompor, penghantar panas supaya tidak tersentuh langsung dengan sepatu, ada kipas juga untuk penghantar sepatu agar lebih cepat,” jelasnya.
Untuk jenis sepatunya sendiri, terdapat tiga jenis. Yakni boots, pantovel, dan cats. Dalam proses pembuatan hingga jadi pengering sepatu, Bagus mengungkapkan jika memiliki kendala yang cukup banyak dalam pengerjaannya.
“Kendalanya banyak, daya butuh lebih besar, pemantik (buat nyalain kompor) harusnya bisa nyala otomatis tapi kadang-kadang nggak bisa, pengkabelan yang rumit, kalau putus satu nyarinya susah. Sama ngatur agar nyalanya gantian, sering tidak stabil juga,” ujarnya.
Proses pengerjaannya pun membutuhkan waktu kurang lebih selama enam bulan, dan untuk merangkainya Bagus tak sendirian, melainkan dibantu oleh dosen pembimbingnya, Harianto. Juga telah menghabiskan dana sebanyak Rp 3 juta, sekaligus telah diuji coba berkali-kali untuk bisa diset.
Mesin pengering sepatu yang muat untuk tiga pasang sepatu ini, rupanya memiliki penambahan metode. “Penambahan metode yang digunakan PID. Sebenarnya tidak ingin pakai metode biat tidak rumit, tapi dosen pembimbing menyarankan menggunakan dua metode, yaitu PID dan power suply supaya dayanya stabil,” ucap Bagus.
Untuk kedepannya, mahasiswa semester akhir yang telah menyelesaikan tugas akhirnya ini ingin menaruh mesin ke kampus saja. Agar nantinya bisa dikembangkan oleh junior kampus.
“Harapan saya semoga bisa dikembangin lagi untuk mekanik dan penataan kabel agar tidak keliatan. Harusnya kabel tidak boleh keliatan, karena ini masih terlihat banyak kabelnya. Biar diteruskan sama adik-adik,” harapnya.
Sementara itu, Harianto sebagai dosen pembimbing teknik mesin pengering sepatu menambahkan, jika pengering sepatu ini membutuhkan waktu lama, terlebih saat hujan yang memungkinkan kesulitan untuk kering.
“Dengan latar belakang itu, alat ini dibuat. Bahan bakarnya juga dari gas, karena panas dan watt-nya tinggi. Kalau secara itung-itungan dibandingkan listrik lebih mahal listrik. Kalau satu tabung gas 3 kilo bisa mengeringkan sampai 20 pasang sepatu dan waktu pengeringannya satu jam lebih,” pungkasnya. (est/ano/yan)