Kabupaten Malang
Siswa SDN Kalipare 4 sabet Emas di O2SN Nasional di Medan
Memontum Malang — Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Kalipare sabet emas dalam olympiade olahraga siswa Nasional di Medan, siswa ini anak petani yang mampu mengharumkan nama baik Kabupaten Malang.
Suyoto, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kalipare menjelaskan pembinaan kedepan Syahrul Ramadhan ke SMP yang memfasilitasi bakat anak bisa di SMP Tumpang. “Kalau atletik saya sarankan di SMPN Tumpang ,tetap kordinasi dengan orang tuanya,” ungkapnya, kemarin.
Menurutnya, Syahrul Ramadhan mendapat emas untuk lari kids dua emas lompat katak dengan lari sambung dan perak lari Zig zag. Harapan sebagai kepala UPTD dengan memasang spanduk bahwa kami yang didesa bisa dengan tujuan agar bisa ditiru oleh anak-anak yang ada di Kecamatan Kalipare.
Suroyo, Kepala SDN 4 Kalipare menambahkan persiapannya menghasilkan siswa prestasi tidak hanya tiba tiba melalui proses sehingga muncul siswa seperti Syahrul. Pembinaan yang mulai kelas tiga sampai mendapatkan predikat juara Nasional dengan kebijakan dengan mengikutkan event mulai dari kecamatan sampai, kabupaten dan provinsi Jawa Timur.
Dalam lomba atletik kids sendiri ada empat macam lomba yang dilaksanakan satu anak lompat katak, lempar turbo,lari Zig zag. Siswanya mendapatkan emas dua di lari Zig zag dan lompat katak serta satu perak.
Suroyo juga menambahkan agar proses belajar mengajar bisa berjalan siswanya diberikan dispensasi agar bisa fokus dalam lombanya. Syahrul juga dikarantina di kecamatan Tirtoyudo sebulan penuh sehingga bisa membawa nama baik kabupaten Malang.
Syahrul Ramadhan siswa kelas 6 SDN Kalipare 4 mengatakan dalam latihan seminggu tiga kali latihan Selasa ,Kamis dan Sabtu. Prestasi yang bisa diraih emas ada pesaing terberat dari Papua. Putra dari pasangan Buang dan Ibu Mai mempunyai saudara empat dengan profesi sebagai petani bersyukur bisa membawa nama baik Kalipare.
Imam Syafi’i walikelas 6 siswa SDN Kalipare 4 mengaku perjalanan Syahrul cukup panjang mulai memenuhi persyaratan akta kelahiran yang terealisasi. “Ini jasa Bu Dyah waktu itu karena yang memperjuangkan akta sebagai syarat ikut lomba,” tegasnya. (met/jun)