Kabupaten Malang

Wawali Besarkan Hati Keluarga TKW Yordania

Diterbitkan

-

Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko, didampingi Plt Kadisnaker Supranoto, diterima Windiasriati dan Prapti Utami, adik dan ibu Diah Anggraeni. (rhd)

Memontum Kota Malang—Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengunjungi keluarga Diah Anggraeni (36), TKW yang bekerja di Yordania sejak 2006, dan diketahui kabur dari rumah majikannya karena tidak digaji selama 12 tahun lebih. Bung Edi, sapaan akrab Wawali, disambut oleh Prapti Utami dan Windiasriati, ibu dan adik Diah, di rumah kecil yang berada di jalan Kebalen Wetan Gang VI, RT 15 RW 2, Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Rabu (13/2/2019) siang.

Bung Edi memberikan dorongan moril kepada keluarga, dan berjanji sedang mengupayakan kepulangan putri sulung dari sembilan bersaudara pasangan Suwandi (alm) dan Prapti Utami ini. Pemkot Malang terus mendorong pemerintah pusat melalui KBRI untuk mendapatkan kabar terkini. Termasuk upaya pemulangan Diah Anggraeni ke tanah air.

“Segala administrasi sedang diselesaikan, termasuk sisa gaji 12 tahun lebih yang tertahan. Hari ini tiket pulang sudah dipesankan. Untuk jadwal kepulangan hingga tiba di Malang masih dikoordinasikan. Sebisa mungkin secepatnya,” ungkap Bung Edi, membesarkan hati keluarga.

Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko, menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko, menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Atas kejadian ini, Pemkot Malang meminta pihak Disnaker melakukan monitoring agar kejadian ini tidak kembali terulang. “Disnaker akan mengidentifikasi kembali PJTKI di Kota Malang, agar pengawasan pada TKI/TKW lebih baik. Saat ini kami belum menemukan PJTKI mana yang memberangkatkan Diah. Apakah perpanjangan kontrak sudah sesuai aturan atau bagaimana, masih kami telusuri,” jelas Bung Edi, didampingi Plt Kadisnaker Kota Malang Supranoto.

Diketahui Diah Anggraeni kabur dari rumah majikannya dan mendatangi KJRI Indonesia untuk meminta perlindungan. Sebab selama 12 tahun lebih, Diah mengaku tak menerima gaji dan mendapatkan perlakuan kasar. Anak mantan ketua RT selama 17 tahun ini berangkat sejak tahun 2006, dan tidak diketahui PJTKI yang memberangkatkannya.

Advertisement

“Dulu pamit kerja mau mengubah nasib setelah pernah bekerja di toko pecah belah di Pasar Besar. Kami pasrah tidak bisa mencegah karena kendala ekonomi kita sama. Mbak Diah berangkat setelah 40 hari meninggalnya bapak. Saya tidak tahu apa nama PJTKI nya, sebab saat itu saya masih SMP. Tak lama setelah berangkat, suaminya juga meninggal. Anaknya satu, namanya Eka Anggrainata, sekarang kelas 2 SMP mondok di Gondanglegi. Waktu kecil ditinggal sering nanya. Kami sering nangis saat itu, kasihan,” cerita Windiasriati, adik keenam Diah, kepada Memontum.com, sesaat sebelum Wawali datang.

Menurut Windi, Diah hanya 4 kali komunikasi lewat telepon tetangga. Sempat bilang Januari atau Maret lalu akan pulang, akan tetapi ditunggu tidak pulang-pulang. Keluarga pun bingung mencari keberadaannya, hingga sempat meminta bantuan paranormal. Kemudian keluarga mendapatkan kabar dari KBRI pada Desember kemarin. Diah mengabarkan kondisinya sehat. Namun masih belum bisa pulang lantaran masih menyelesaikan urusannya.

“Alhamdulillah katanya sehat. Sekarang di KBRI  Amman, ibukota Yordania. Katanya masih mengurus gajinya yang belum dibayarkan 12 tahun. Kami tidak tahu nilai kontraknya. Kalau ga salah, gaji dan levermit sekitar US$ 12.000. Katanya dalam waktu dekat akan dipulangkan,” tandas Windi. (adn/yan)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas