Kota Malang
64 Tahun, UM Makin Gemilang, Resmikan Museum Pembelajaran
Memontum Kota Malang – Universitas Negeri Malang genap berusia 64 tahun yang dirayakan dalam Dies Natalis ke-64 Universitas Negeri Malang (UM) yang dipusatkan di Graha Cakrawala UM Malang, Kamis (18/10/2018). Tema “Bekerja Bersama Membangun Bangsa”, diangkat sebagai ikhtiar membangun kesadaran kolektif, sekaligus atmosfer kondusif di kalangan sivitas UM untuk bekerja keras dan berprestasi secara produktif dan inovatif guna meningkatkan kemajuan dan daya saing bangsa.
Rektor UM Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, MPd, mengatakan perguruan tinggi Indonesia, tak terkecuali UM, semakin dituntut mempertajam kiprah dan kontribusinya dalam peningkatan daya saing bangsa (national competitiveness) dan responnya terhadap isu-isu global (global issues), khususnya di era Revolusi Industri 4.0. “Itu artinya, Indonesia harus terus bekerja keras guna mengejar ketertinggalan. Berdasarkan data dari the IMD World Competitiveness Yearbook 2017 dan UNDP’s Human Development Index 2017, Indonesia masih berada pada posisi 30 untuk indeks inovasi dan peringkat 37 untuk indeks daya saing dari 140 negara. Tidak hanya tentang mendongkrak ranking universitas-universitas Indonesia di level dunia, tetapi juga memacu berbagai inovasi dalam meningkatkan kualitas, relevansi, daya saing, akses, dan akuntabilitasnya,” terang Rofi’uddin, dalam sambutannya.
Indikator kenaikan jumlah publikasi internasional yang terindeks (Scopus, Thomson Reuters, Web of Science) dan jumlah sitasi terhadap karya ilmiah sivitas akademika UM selama beberapa tahun terakhir cukup signifikan. Sebagai perbandingan, tahun 2015 total publikasi ilmiah bereputasi dari sivitas akademika UM hanya 171 artikel (UM berada di posisi 42 nasional). Di tahun 2016, meningkat menjadi 300 artikel (UM berada di posisi 33 nasional). Tahun 2017, meningkat lebih signifikan menjadi 522 artikel (UM berada di posisi 30 nasional). Sedangkan di tahun 2018 ini hingga bulan Oktober, tercatat ada 742 artikel yang mengantarkan UM ke posisi 24 nasional.
Di bidang pengabdian kepada masyarakat, UM juga berhasil meningkatkan jumlah produk inovasi, produk research and development (R&D), prototipe industri, dan riset yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu, mendorong jurnal-jurnal UM yang belum terakreditasi untuk segera berbenah dan mengurus pemerolehan akreditasinya dari BAN-PT Kemenristekdikti. “Kabar terbaru, per Oktober 2018 ini, UM telah memiliki satu jurnal internasional terindeks Scopus, yakni TEFLIN Journal yang dikelola oleh Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra UM. Bagi jurnal UM yang sudah mengantongi akreditasi nasional, saya berharap agar segera diinternasionalisasi dan diindeksasi ke lembaga pengindeks yang bereputasi, seperti Scopus, Thomson Reuters, dan lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Laksana Tri Handoko, MSc, mengatakan semua lini industri mulai tergeser oleh revolusi industri 4.0. Seperti Bluebird tergeser oleh Go-Jek yang modalnya sangat kecil, muncul produk kipas angin tanpa kipas dengan biaya lebih murah dan lebih diminati, mobil listrik otomatis, dan lainnya. “Artinya, jangan jadi follower, buatlah ide pioner, sebab pemodal yang akan datang untuk investasi,” terang Tri Handoko.
Riset menjadi awal sebuah penemuan, lanjut Tri, memang membutuhkan biaya mahal, dan belum tentu berhasil. Kalau pun berhasil belum tentu bermanfaat. Sebab parameter kontribusi riset itu prosesnya, yang melibatkan orang-orang kompeten. “Dari proses-proses tersebut melahirkan Bill Gates, Nadhim, dan lainnya. Riset yang berkelanjutan akan menjadi sebuah inovasi yang terus diperbarui, yang nantinya dibutuhkan dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat,” tukas Tri Handoko.
Dalam kesempatan tersebut, UM meresmikan Museum Pembelajaran Universitas Negeri Malang sebagai wadah melestarikan dan mewariskan nilai-nilai, serta merekam sejarah transformasi Universitas Negeri Malang dari masa ke masa sejak tahun 1954, atau saat masih berstatus Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). “Saya menghimbau seluruh sivitas UM agar mengunjunginya dan berkontribusi positif dalam pengembangannya. Tidak lupa, saya ucapkan terima kasih kepada Rektor UM periode sebelumnya, Bapak Prof. Suparno yang telah menginisiasi gedung Rektorat IKIP Malang sebagai Museum pada tahun 2014. Dan baru saat ini kita dapat gunakan sebagai Museum Pembelajaran UM,” tandas Rektor UM Rofi’uddin. (rhd/yan)