Sidoarjo
8 Bulan Dirumahkan, Karyawan PT Bromo Panuluh Stell Demo PLN
Memontum Sidoarjo—– Paguyuban Karyawan PT Bromo Panuluh Steel (BPS) menggelar aksi unjukrasa di kantor PT PLN (Persero) Kabupaten Sidoarjo, Senin (14/5/2018) siang. Parah buruh yang mewakili tak kurang 400 pekerja pabrik yang berada dikawasan Wringin Anom Gresik yang berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo tersebut menuntut agar pihak PLN Sidoarjo segera melakukan pemasangan kembali jaringan listrik ke perusahaan tersebut yang diputus oleh pihak PLN Sidoarjo sejak September 2017.
Sebab akibat pemutusan aliran listrik secara sepihak oleh PLN Sidoarjo tersebut terpaksa pihak pabrik merumahkan atau memecat sementara semua pegawainya.Pemecatan itu karena pabrik tidak lagi beroperasi karena tidak ada aliran listrik.
“Kami meminta pihak PLN Sidoarjo menyambung kembali aliran listrik dipabrik tempat kami bekerja. Sejak listrik dicabut pada bulan September 2017 tak kurang 400 karyawan PT. BPS dirumahkan oleh pihak management,” kata Edi Supriantono koordinasi aksi dari paguyuban pekerja PT BPS kepada awak media, Senin (14/5/2018).
Lebih jauh Edi mengungkapkan jika hasil audiensi dengan pihak PT PLN Sidoarjo tidak ada hasil yang signifikan. Pihak managemen PLN Sidoarjo mengaku hanya pihak operator dan bukan pihak pembuat keputusan atau kebijakan
“Pihak PLN Sidoarjo sebenarnya kasian dan empati kepada kami, tapi PLN Sidoarjo tidak bisa berbuat apa apa karena hanya sebagai operator saja. Terkait masalah keputusan atau kebijakan hanya bisa dilakukan oleh kantor PLN Jawa Timur.,” ungkap Edi setelah lakukan audiensi dengan pihak managemen PLN Sidoarjo.
Edi menceritakan jika kasus ini berawal saat aliran listrik PT BPS tiba tiba diputus oleh pihak PLN Sidoarjo dengan alasan masalah KWH Listrik yang ada digardu induk pabrik. Padahal gardu induk hanya bisa dibuka oleh pihak PLN, orang biasa atau orang awam tidak mungkin bisa membuka gardu induk karena tidak memiliki kunci.
“Gardu induk itu yang bisa buka hanya pihak PLN. Lah pihak pabrik tempat kami bekerja dituduh terkait masalah KWH listrik yang ada dalam gardu induk tersebut. Setelah itu pihak PLN tiba tiba memutus sepihak aliran listrik pabrik saat kami sedang bekerja.
Kami meminta jangan bebankan masalah ini ke kami (pekerja red), ada apa ini dengan PLN, jangan main main kasian rakyat kecil menganggur seperti ini,” harapnya.
Edi menegaskan pihak karyawan PT BPS akan melakukan loby untuk memperjuangkan nasib mereka agar PT BPS bisa beroperasi lagi dan 400 karyawan yang kebanyakan dari warga Sidoarjo bisa bekerja lagi.
“Kami akan lakukan loby dan perjuangkan nasib kami ke Pak Bupati Sidoarjo, Pengadilan dan Kejaksaan, supaya nasib para pekerja ini bisa kerja lagi. Apalagi habis ini puasa dan lebaran kami butuh pekerjaan,” tegasnya.
Edi mengaku jika selama dirumahkan oleh PT BPS dirinya bekerja serabutan, seperti bertani dan kuli bangunan.
“Anak saya tiga, sejak bulan September 2017 saya menganggur, karena perusahaan tidak beroperasi. Untuk menghidupi keluarga selama delapan bulan ini saya kerja serabutan dipertanian atau kuli bangunan, ya seadanyalah. Saya harap pihak PLN Sidoarjo punya hati kekami agar kami bisa bekerja lagi. Bayangkan jika 400 pekerja yang dirumahkan ini punya anak lebih dari satu berarti ada kurang lebih 1200 orang yang berharap PT BPS beroperasi lagi untuk menghidupi mereka,” pungkasnya
Sementara itu pihak PLN Sidoarjo belum bisa dimintai keterangan terkait masalah pemutusan aliran listrik di PT BPS yang bergerak di industri baja tersebut sehingga membuat 400 karyawan dirumahkan oleh pihak management PT BPS karena Pabrik tak lagi beroperasi.(gus/yan)