Pendidikan
Bantuan Paket Data Tak Optimal
Memontum Kota Malang – Bantuan paket data kepada sejumlah siswa selama masa pandemi, tidak sepenuhnya bisa berjalan maksimal. Seperti yang terjadi di SDN Karangbesuki 3 Kota Malang, pihak sekolah harus sesekali melakukan luring, karena beberapa kendala yang dialami sejumlah siswa.
Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Karangbesuki 3, Jamingan, mengatakan bahwa ada beberapa keluhan dari orang tua siswa, yang mengaku kesulitan dalam mengakses internet untuk kebutuhan belajar anaknya. Termasuk, ada juga kendala akibat hanya memiliki satu handphone (Hp), sementara alat komunikasi itu juga diperlukan orang tua murid saat bekerja.
“Akibat keluhan-keluhan itu, sekolah akhirnya mensiasati dengan masih melakukan luring. Jadi, meski pun sekolah melakukan daring, tetapi tetap juga melakukan luring. Sementara ketika ada atau diberikan tugas, secara manual mereka ngambil ke sekolah. Begitu juga ketika ujian, juga dilakukan luring,” ujar Jamingan pada Memontum.com saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (07/10) tadi.
Untuk mengatasi hal tersebut, termasuk keramaian di Sekolah saat mengambil dan mengumpulkan tugas, tambah Kepsek, pihak sekolah membentuk sebuah paguyuban. Di mana, paguyuban tersebut berisi perwakilan murid dari masing-masing kelas.
“Dari paguyuban itu, mereka mengambil tugas dan mengumpulkan tugas ke sekolah. Sehingga, tidak memunculkan kerumunan di area sekolah. Termasuk, mengantisipasi penyebaran Covid 19,” ujar pria berkumis itu.
Selain mensiasati dengan langkah itu, lebih lanjut ia mengatakan, guru-guru juga melakukan kunjungan ke rumah siswa. Hal tersebut dilakukan, agar tidak ada murid yang tertinggal jauh dengan pelajaran.
“Jadi, kalau ada murid yang tidak paham, atau tidak bisa menggunakan internet, guru bisa memantau. Termasuk, seperti murid tidak ada sarana HP, karena dibawa orang tua, pun dibantu oleh guru,” imbuhnya.
Tidak maksimalnya bantuan paket data gratis, pun disampaikan Kepala SD Negeri Karangbesuki 1, Suroto. Menurutnya, karena untuk mendapatkan paket data harus melakukan register dan mengisi persyaratan, membuat wali murid yang tidak paham.
“Mereka kebingungan, seperti harus registrasi dahulu. Sedangkan wali murid, memakai Hp nya pun, kadang yang bukan akses internet,” ujarnya. (mg1/sit)