Kota Malang

Wawali Simulasikan Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula

Diterbitkan

-

Wawali mengapresiasi terpilihnya 10 perwakilan calon pengurus angkatan. (rhd)

Memontum Kota Malang—Wakil Walikota Malang Ir HA Sofyan Edi Jarwoko, memberikan pendidikan politik bagi kaum milenial sebagai pemilih pemula, khususnya 400 mahasiswa dari seluruh Perguruan Tinggi, siswa madrasah, dan organisasi kepemudaan di Kota Malang, yang ber-KTP Kota Malang. Edukasi politik ini sebagai upaya “Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu”, yang dilaksanakan di ruang Akasia Hotel Savana Malang, Rabu (27/2/2019).

Diawali simulasi pemilihan 10 perwakilan calon pengurus angkatan yang dipilih secara aklamasi tanpa memandang dari mana asal perguruan tingginya. Dalam simulasi ini, Bung Edi, sapaan akrab Wakil Walikota Malang ini, mengajarkan pendidikan politik sederhana dengan pemilihan calon pengurus angkatan ke-2 Sosialisasi Pemilih Pemula Pemilu 2019, yang diadakan Pemkot Malang melalui Bangkesbangpol Kota Malang dan KPU Kota Malang.

Wawali Bung Edi mengajak mahasiswa terlibat aktif dalam demokrasi dan Pemilu 2019. (rhd)

Wawali Bung Edi mengajak mahasiswa terlibat aktif dalam demokrasi dan Pemilu 2019. (rhd)

Forum memilih 10 perwakilan berdasarkan wilayah tempat duduk. Setelah terpilih, tiap perwakilan diminta mengetahui siapa saja yang memilih dirinya. Lantas, berdasarkan suara terbanyak, dipilih 3 perwakilan untuk menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris angkatan. “Pemilih anda adalah milenial yang siap berpartisipasi dalam demokrasi dan pembangunan bangsa ini. Hargai apapun bentuk dukungannya, karena mereka berhak atas kontribusinya. Dibandingkan mereka yang tidak memilih, atau golput. Siapa yang Golput, silahkan berdiri. Kalian tidak bisa menuntut penuh kepada perwakilan yang terpilih,” jelas Bung Edi.

Bung Edi mengatakan, seluruh proses pemilihan perwakilan angkatan ini merupakan salah satu contoh bagian dari kerja politik, yang diambil dari kata policy sebagai pengambil keputusan. Pemilih milenial, khususnya mahasiswa, harus diberikan contoh konkret sebagai pengalaman. Sebab, jika tidak memahami, mereka akan apatis, dan mudah terpapar berita hoax. “Sikap politik dan politik praktis itu berbeda. Sikap politik itu adalah hak warga negara. Sedangkan politik praktis itu cara yang dilakukan politisi secara instan. Jika tidak suka politik praktis, tapi bersikaplah dalam politik dengan menggunakan haknya,” beber Wawali.

Menurutnya, jika tingkat partisipasi masyarakat tinggi, maka hasil demokrasi bisa dikatakan sukses. Walaupun ada beberapa golput, jumlah itu tak berpengaruh. “Kalian para pemuda, gunakan hak kalian agar demokrasi berjalan sukses. Peran masyarakat dan mahasiswa sangat berarti dalam pendidikan demokrasi bangsa. Amati dan laporkan jika menemukan politik kotor, ajak masyarakat untuk berperan aktif. Berbeda itu boleh saja dan wajar, namun persatuan bangsa harus kita jaga. Terimakasih atas partisipasi para pemuda harapan bangsa dan calon pemimpin bangsa,” terang Bung Edi. (rhd/yan)

Advertisement

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas