Jember
PHRI Jember Sesalkan Operasi Hotel di Jember
Jember, Memontum – Pihak PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) menyesalkan adanya operasi atau razia di beberapa hotel, itu terkait adanya beberapa laporan dari anggota PHRI Jember, hal ini diungkapkan oleh Ketua PHRI Jember Teguh Soeprajitno ketika ditemui beberapa wartawan di Puslit Kakao Patrang, Jember, Selasa (30/7/2019) siang.
“Memang harus disesalkan, karena kaitannya kalau kami ada operasi gabungan, itu biasanya menjelang bulan puasa atau ada beberapa kasus dan bukan setiap saat. Artinya tidak setiap saat,” katanya.
Dari pihak PHRI melihat, biasa untuk operasi atau razia itu seharusnya gabungan, jadi bukan hanya satu instansi, tapi biasanya yang dia lakukan dengan beberapa pihak terkait dan itu yang benar.
“Jadi, apabila tidak ada kasus, tidak ada sesuatu yang harus ditangani itu tidak boleh, operasi yang namanya sendiri-sendiri. Seharusnya gabungan, seperti yang selama ini.
“Kami tetap melakukan pembinaan dari teman-teman atau anggota PHRI Jember,” tegasnya.
Biasanya hotel-hotel tertentu yang dioperasi, biasanya seharusnya semua hotel, beberapa yang disasar tidak hanya satu hotel, tetapi beberapa hotel yang menjadi tujuan dalam operasi gabungan tersebut.
“Ada beberapa, itupun juga tidak sering. Mungkin dari pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan sesuatu,” akunya.
Seharusnya, setiap ada sesuatu baru dilakukan razia. Juga termasuk tempat hiburan yang ada, adanya razia atau operasi seharusnya dipertanyakan oleh pihak PHRI, menanyakan surat tugas dari mana, apa ini resmi atau tidak. Ini yang seharusnya, sama teman-teman atau anggota dipertanyakan.
“Yang dimaksud gabungan, itu biasanya dari Polres, Satpol PP Kabupaten, Pihak PHRI, Bapenda dan unsur-unsur terkait perizinan itu biasanya,” jelasnya.
Begitu juga sambung pemilik Hotel Lestari ini, sambil menanyakan beberapa tempat usaha yang tidak mempunyai ijin atau ijinnya sudah tidak berlaku.
“Karena, seharusnya, mereka itu melindungi kami,” terang Teguh.
Dampak kerugian, dari operasi atau razia nvestor akan takut. Artinya, mereka berinvestasi di Kabupaten jember juga akan berpikir-pikir. Kalau memang ada gangguan, pasti mereka akan mikir.
“Apapun namanya hotel, semua orang bisa masuk. Kita tidak ngerti orang itu jahat atau baik,” sambungnya.
Teguh mengaku, memang menjadikan para tamu itu sebagai raja. Ini merupakan sikap yang harus dilakukan dan dalam melayani siapapun orangnya.
“Memang kami sempat ada laporan dari anggota, tetapi tidak banyak. Kalau tahun belakangan tidak banyak, berbeda dengan tahun yang lalu. Memang karena saat ini, ada beberapa operasi gabungan yang harus mungkin di gelar memang,” imbuhnya. (gik/yud/oso)