Kota Malang
Abu Ampas Tebu, Solusi Pencemaran Limbah Logam Berat
Memontum Kota Malang – Pencemaran logam berat menjadi masalah serius pada pengolahan limbah industri. Salah satunya, logam berat kromium yang banyak digunakan dalam industri kimia, dimana logam kromium yang ikut terbuang dapat mencemari air sungai dan air tanah. Padahal logam kromium yang terkonsumsi oleh makhluk hidup, dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Metode paling umum dan efisien untuk pengolahan limbah adalah metode adsorpsi atau penyerapan. Silika telah digunakan sebagai bahan penyerapan dalam pengolahan limbah logam berat, tetapi sulit untuk diregenerasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka digunakannya magnetit (Fe3O4) sebagai adsorben yang dapat diregenerasi.
Sementara disisi lain, magnetit memiliki sifat yang sangat mudah teroksidasi dan mudah larut dalam kondisi asam, sehingga dilakukan modifikasi permukaan magnetit dengan cara melapisi permukaan magnetit dengan silika. Sifat permukaan silika yang luas menyebabkan daya penyerapan yang semakin tinggi.
Dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya (UB), yaitu Indah Feliana (Teknik Kimia 2016), Joshia Christa Pradana (Teknik Kimia 2015), dan Philio Valerino (Teknik Kimia 2016), bersama Dosen Pembimbing A.S. Dwi Saptati N.H., S.T., M.T., melakukan penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dengan memanfaatkan silika dari limbah abu ampas tebu untuk penyalutan nanopartikel besi sebagai bahan penyerap dalam penyisihan logam berat kromium.
“Kami memilih abu ampas tebu sebagai sumber silika, karena kandungan silika pada abu ampas tebu cukup tinggi. Selain itu, abu ampas tebu kurang begitu dimanfaatkan. Padahal jumlah abu ampas tebu hasil sisa pengolahan tebu pada industri gula sangat melimpah. Di Indonesia sendiri dapat mencapai 10,2 juta ton pertahun,” terang Indah Feliana, ketua tim.
Senada, Philio Valerino (Teknik Kimia 2016), menerangkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi silika dari abu ampas tebu, sehingga didapatkan natrium silikat yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat magnetit bersalut silika melalui metode elektrodeposisi. “Elektrodeposisi merupakan pengendapan logam pada katoda selama elektrolisis. Hasil dari penelitian ini yaitu magnetit bersalut silika dapat menyerap logam kromium sekitar 57 persen,” jelasnya.
“Kami berharap penelitian ini bisa menjadi alternatif pada unit pengolahan limbah dalam industri kimia, khususnya dalam pengolahan limbah logam kromium. Sehingga limbah ini tidak membahayakan lingkungan dan makhluk hidup, serta pertumbuhan industri kimia juga tidak terhambat,” tukas Joshia Christa Pradana. (rhd/yan)