Surabaya
Bangunan Kota Lama Jadi Warna-Warni
“Supaya pengecatan itu lebih menjaga keaslian dari kota tua. Jadi harus lebih membuka dan mendengar aspirasi dari masyarakat,” tegasnya.
Hal ini dirasa Aidy sudah menjadi program pemkot Surabaya melalui pengecatan, namun, jika program tersebut baik maka Komisi C akan selalu mendukung.
“Pendapat masyarakat harus diperhatikan, karena ada masyarakat yang berpendapat jika warna itu kurang pas untuk kawasan kota tua,” tambahnya.
Sementara itu, Tuan Rumah Begandring Surabaya, Kuncarsono Prasetyo dalam forum bersama beberapa komunitas menyarankan Pemkot Surabaya untuk mengevaluasi konsep pengecatan kota lama.
“Agar pengecatan selanjutnya menggunakan warna yang sesuai dengan estetika budaya yang ada,” ucapnya.
Menurut Kuncarsono aspirasi forumnya tersebut tidak tersampaikan dengan baik. Hal ini disebabkan karena banyak dinas yang bertanggungjawab dalam proyek ini, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perencanaan dan Pembangunan Kota, dan lainnya.
“Jadi kami tidak hanya menemui satu dinas, melainkan ke beberapa dinas,” imbuhnya.
Selain menyarankan untuk mengevaluasi konsep kota lama akan warna-warni dari cat, juga model atau kualitas harus menggunakan bahan yang tidak merusak konsep bangunan. Seperti, melakukan penggantian kayu yang sudah keropos maupun rapuh dengan jenis kayu yang sama.
“Namun, kami menyadari bahwa kota lama ini bukan aset pemerintah. Jadi kami tidak mendesak pemerintah untuk melakukan revitalisasi dengan menuntut yang berlebihan,” tambahnya.
Sayangnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Surabaya, Antiek Sugiharti tidak menanggapi akan keindahan estetika kota lama yang berubah menjadi warna-warni. (est/ano/yan)