KREATIF MASYARAKAT
Berawal dari Iseng, Warga Lamongan Sukses jadi Pengusaha Minyak Kayu Putih
Memontum Lamongan – Berawal dari iseng menanam pohon kayu putih, setelah empat tahun di jalani, kini warga Lamongan berhasil menikmati kesuksesannya membuat minyak kayu putih. Dia adalah Sutikno salah satu warga asal Dusun Kedungkidang, Desa Barurejo, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Sebelumnya, ia juga sempat menanam tanaman lain. Namun, hasilnya masih kurang memuaskan.
Sutikno mengatakan, dalam membuat usaha kayu putih terlebih dulu ia menanam polowijo. Tetapi, untuk hasil pendapatan masih jauh dari apa yang diharapkannya. Sehingga untuk mendapatkan penghasilan yang lebih harus mencari jalan alternatif lain, akhirnya dengan isengnya, ia menanam kayu putih.
“Mulanya kita hanya iseng-iseng saja setelah mengeluarkan hasil dan dirasa mendapatkan nilai lebih akhirnya kita menyeriusinya karena kalau di banding dengan sistem polowijo hitungannya masih menang kayu putih,” ungkap Sutikno, Senin (25/10/2021).
Baca juga:
- Pj Wali Kota Malang Tekankan Kewaspadaan Dini Jaga Kondusifitas Pilkada 2024
- Peduli Wilayah Kekeringan, Bunda Indah Distribusikan Tangki Air Bersih untuk Masyarakat
- Ketua DPRD Trenggalek Definitif Periode 2024-2029 Resmi Ditetapkan
Selain itu, Sutikno menjelaskan, dalam pemilihannya untuk menyeriusi kayu puti juga dipacu salah satu faktor, yaitu karena tanaman kayu putih jauh dari jangkauan wabah hama, di antaranya wabah ulat, tikus dan serangga lainnya. Bahkan masyarakat petani yang menanam selain kayu putih ketika mereka mengalami gagal panen karena serangan hama, petani kayu putih masih tetap eksis bisa panen.
“Dalam prosesnya, kayu putih mulai tanam sampai bisa dipanen hanya membutuhkan waktu satu tahun delapan bulan. Dalam hitungan waktu tersebut nikmat dari hasil kayu putih sudah bisa dirasakannya,” terangnya.
Sutikno menuturkan, dalam pengolahan minyak kayu putih sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dilakukannya. Hanya saja pada awal produksi ada sedikit hambatan karena harus mencari alat atau cara yang sesuai untuk mengolah menjadi minyak.
“Alat yang saya temukan saat ini walaupun masih manual, tetapi lebih efisien. Untuk hasil produksi randemennya lebih bagus dari pada pabrikan yang lebih besar, mulai dari sineol dan minyaknya,” ujarnya.
Sutikno menambahkan, usaha kayu putih ini dirintisnya mulai tahun 2018. Saat ini sudah memiliki sepuluh sampai dua belas pegawai, rata – rata mereka ditugaskan sebagai penyuling minyak kayu putih.
“Kayu putih yang diproduksi saat ini sudah mencapai 25 kilo gram perharinya dan untuk mencapai segitu harus didukung dengan keadaan cuaca yang baik, yaitu pada musim kemarau,” imbuhnya.
Sedangkan untuk lahan yang dimilikinya dan yang sudah dilakukan penanaman kayu putih saat ini sudah ada lima puluh hektar, terbagi menjadi lima tempat, diantaranya di wilayah Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Tikung, Kecamatan Solokuro, dan Kecamatan Sukorame.
“Untuk jenis kayu putih yang di tanam, yaitu Clon 71. Adapun kegunaan dari hasil minyak kayu putih yang diolah, yaitu salah satunya untuk menghilangkan masuk angin atau kembung,” jelasnya. Sutikno berharap usahanya lebih maju, lebih berkembang, lebih besar dan pemerintah setempat beserta Kabupaten turut serta mendukung usahanya.
Menanggapi adanya penyulingan minyak kayu putih yang berada di Desa Barurejo, Kepala Desa Barurejo, Bibit mengatakan bahwa kegiatan penyulingan kayu putih ini sangat bagus dan kalau bisa dikembangkan sehingga nantinya bisa menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. “Semoga penyulingan minyak ini tambah besar dan tambah luas tempat atau lahan yang dibuat tanam kayu putih,” ujarnya. (zud/zen/gie)