KREATIF MASYARAKAT
Beternak Lebah Madu di Tengah Pandemi Raup Keuntungan Berlipat
Memontum Probolinggo – Pandemi Covid-19 tidak selamanya merugikan, namun juga memiliki dampak positif terutama bagi peternak lebah madu yang ada di Wilayah Probolinggo Raya. Pasalnya, selama wabah virus corona yang melanda hampir dua tahun di Indonesia, peternak lebak madu meraup omzet penjualan yang meningkat tajam hingga mencapai 100 persen.
Seperti yang dirasakan Anggota Marinir Prakan Rofi Dwi Segara, warga asal Kecamatan Kademangan ini. Mengandalkan ternak lebah dengan sistem gembala di wilayah hutan, Rofi mendapat keuntungan berlipat.
Baca Juga:
- Pj Bupati Ugas Buka Jumbara PMR XVII PMI Kabupaten Probolinggo
- Pj Bupati Probolinggo Monev Progres Pembangunan Infrastuktur mulai Irigasi, Gedung dan Jalan
- Kemenkominfo Gelar Diskusi Literasi Digital di PP Nurul Jadid Paiton dengan Hadirkan Dewi Hajar
Ratusan kotak lebah miliknya, setiap 2 pekan menghasilkan panen madu sebanyak hampir 2 ton. Berbeda dengan sebelum adanya wabah corona, produksi madu setiap 2 minggu hanya mampu mendapatkan setengah ton saja.
“Alhamdulillah produksi madu meningkat. Sejak covid 19 mewabah sejak enam bulan lalu hingga sekarang permintaan madu juga tinggi. Masyarakat sudah sangat mengerti akan kebutuhan madu bagi peningkatan imunitas agar tidak terpapar corona. Setiap dua minggu sekali panen madu hampir 2 ton, sebelum wabah hanya dapat setengah ton saja untuk 2 minggunya,” ungkapnya, Minggu (29/08)
Proses pembuatan madu sendiri, dilakukan Rofi secara manual dengan cara menggiling ke dalam tong khusus. Madu hasil perasan ini, kemudian dikemas ke dalam botol berbagai macam ukuran dan siap untuk di pasarkan.
Harga satu botol madu berukuran 600 mililiter dihargai Rp 200 hingga 300 ribu dan untuk botol ukuran 250 mililiter dijual dari Rp 100 hingga Rp 150 ribu. Dirinya mengaku permintaan paling banyak dari kota besar yang ada di pulau Jawa seperti Surabaya, Jogja, Semarang, Jakarta hingga Bandung.
Selain itu, ia juga pernah melayani pesanan luar pulau seperti ke Kalimantan, Sumatera hingga Sulawesi. Seiring dengan lonjakan permintaan madu, Rofi juga menambah tenaga produksi dari awalnya 4 orang, kini bertambah menjadi 10 pekerja. (geo/ed2)