Politik
BHS Siap Kembangkan Peternakan Ayam Hias di Sidoarjo
Punya Prospek dan Pertahankan Budaya
Memontum Sidoarjo – Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) bakal mengembangkan peternakan ayam hias di Sidoarjo. BHS menilai budidaya ayam hias memiliki potensi besar jika dikembangkan secara serius.
Selain itu, beternak ayam sebagai upaya mempertahankan budaya warga Indonesia yang sejak jaman nenek moyang kerap beternak ayam. Sekaligus sebagai hiburan bagi pemiliknya. “Ternak ayam hias masuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), tapi juga ada budayanya. Yakni Budaya orang terdahulu. Kami kembangkan peternakan ayam hias juga untuk kepentingan hiburan dan refreshing. Pembangan ayam hias agar masyrakat suka dan akhirnya banyak konsumen tertarik memelihara ayam hias. Karena usaha ini punya prospek tinggi. Asalkan tahu dan cukup pengetahuan soal peternakan,” ujar BHS kepada Memo X, Kamis (27/08/2020) seusai mengunjungi peternakan ayam hias milik Akhwan Fanani warga Desa Entalsewu, Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
Menurut BHS selama 7 tahun beternak ayam hias itu, kata BHS peternak yang akrab dipanggil Wawan ini kekurangan bimbingan dari dinas terkait di lingkungan Pemkab Sidoarjo. Padahal, seharusnya Dinas Peternakan memberikan bimbingan dan tips-tips beternak ayam hias. Jika diperlukan, permodalan peternak juga harus dibantu misalkan dengan cara memasukkan bantuan permodalan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau bantuan permodalan lainnya.
“Kalau dibimbing dinas maka akan memacu para peternak dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sidoarjo bisa terdongkrak,” imbuh Bacabup yang sudah mengantongi rekomendasi resmi Partai Gerindra ini.
Begitu juga soal mahalnya harga pakan ternak, kata mantan anggota DPR RI periode 2014 – 2019 ini, akan diperhatikan secara serius. Salah satunya dengan mengupayakan agar pakan ternak dari sejumlah pabrik pakan ternak yang ada di Sidoarjo bisa memberika diskob khusus bagi peternak di Sidoarjo. “Pemberian diskon khusus peternak Sidoarjo itu, akan mendorong peternak ayam hias, ayam petelor dan ayam pedaging mendapatkan keuntungan yang cukup,” tegasnya.
Persoalan lainnya lanjut Alumnus ITS Surabaya ini adalah minimnya dokter hewan. Menurutnya bukan hanya dokter hewan yang ahli dalam peternakan ayam akan tetapi juga dokter hewan yang ahli menangani ternak kambing dan sapi. Apalagi, di Sidoarjo belum ada Fakultas Kedokteran Hewan, meski Sidoarjo sebagai kabupaten agraris dan industri.
“Nanti, saya akan membuat tradisi lomba dan kontes ayam cantik dan ayam bersuara merdu maupun panjang agar menaikkan kembali geliat warga beternak ayam hias hingga ayam petelor dan pedaging. Lombanya bisa rutin agar bisa menjadi tradisi warga Sidoarjo sekaligus bisa menikmati suara ayam dalam waktu cukup lama,” jelasnya.
Sementara salah seorang peternak ayam hias, Akhwan Fanani mengaku sudah merintis usahanya itu sejak 7 tahun lalu. Hal itu bermula dari hobinya memelihara ayam. Saat ini, pria yang akran dipanggil Wawan ini sudah beternak berbagai ayam hias. Diantaranya ayam sumatera, kate, serama, poland, cemani, hutan (merah, hijau dan kelabu), ayam gaok (Madura) serta ayam Onagadori (Jepang).
“Jualan saya lewat online. Rata-rata penjualan seharga Rp 1,5 juta sampai Rp 5,5 juta. Semua bergantung panjang ekor dan usianya. Kelemahan di Sidoarjo tidak ada komunitas dan wadahnya sehingga hampir tidak ada pameran soal ayam hias,” tandasnya. (wan/ono)