Pemerintahan
Bupati Arifin bersama Forkopimda Tinjau Perayaan Hari Raya Ketupat di Trenggalek
Memontum Trenggalek – Setelah dua tahun pasca pandemi Covid-19 melanda, Hari Raya Ketupat (Kupatan) di Kabupaten Trenggalek, pada tahun ini kembali digelar. Hal ini dilakukan, mengingat kondisi pandemi yang semakin membaik dan ditambah capaian vaksin Covid- 19 meningkat.
Didampingi jajaran Forkopimda, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin tetap menghimbau warganya untuk senantiasa menjaga protokol kesehatan dan berharap semarak tradisi kupatan ini tidak terciderai dengan lonjakan kasus Covid-19. “Pembatasannya hanya sebatas himbauan terkait protokol kesehatan karena secara umum capaian vaksin sudah cukup baik. Dan kasus Covid di Trenggalek juga baik, hari ini juga tidak ada yang dirawat di fasilitas kesehatan kita,” ungkap Bupati Arifin, saat bersilaturahmi di Pondok Pesantren Babul Ulum Desa Durenan, Kecamatan Durenan, Senin (09/05/2022) siang.
Dirinya berharap, silaturahmi yang terjalin selama ini tidak terganggu akibat lonjakan kasus Covid-19. Dalam perayaan Hari Raya Ketupat tahun ini pun, Bupati melihat jika masyarakat cukup tertib menerapkan protokol kesehatan.
“Saya melihat warga masyarakat juga cukup tertib, dimana-mana silaturahmi juga memakai masker. Ini tradisi yang cukup baik menurut saya dan sekarang alhamdulillah bisa terlaksana dengan lebih semarak. Meskipun kalau kita lihat, tadi kita naik motor dan tidak ada kemacetan yang terlalu seperti 2 atau 3 tahun yang lalu,” imbuhnya.
Dikatakan Mas Ipin-sapaan akrab Bupati Trenggalek, masyarakat sudah bisa mengatur ritme bersilaturahmi. Artinya, tidak menjadi satu waktu ketika siang, namun malam menurut keterangan para Kyai sudah ada yang berkunjung sehingga tidak terjadi penumpukan atau kerumunan masa yang terlalu.
Baca juga :
- Hujan Deras Disertai Angin Kencang Sebabkan Pohon Tumbang di Dua Lokasi Kota Malang
- Kelanjutan Proyek WTP, Sekda Kota Malang Tegaskan Tunggu Persetujuan Lingkungan
- DPC PKB Trenggalek Kuatkan Konsolidasi Pemenangan Pilgub dan Pilbup 2024
- Pendapatan Pajak Kota Malang Triwulan III Lampaui Target, PBJT Mamin dan BPHTB di Angka Lebih 60 Persen
- Masa Kampanye Pilkada 2024 Bakal Jadi Perhatian Operasi Zebra Semeru
“Seperti pawai-pun, para tokoh masyarakat juga bersepakat untuk tidak perlu dilaksanakan. Sehingga tradisi Kupatan ini cukup khidmat dengan saling bersilaturahmi,” terang Bupati Arifin.
Kunjungan pertama Kupatan tahun ini, Bupati beserta jajarannya mendatangi Pondok Pesantren Babul Ulum di Desa Durenan Kecamatan Durenan. Dimana disinilah yang menjadi cikal bakal tradisi Kupatan ini dilestarikan oleh masyarakat sekitar hingga sekarang.
Kurang lebih dimulai sejak tahun 1.600 dan sekarang sudah generasi ke-4. Berawal dari tokoh agama setempat yang bernama Mbah Mesir. “Pondok ini, tahun 1600 pondok ini sudah berdiri dan beliau di sini sudah generasi ke-4. Jadi kalau kupatan santri-santri dari luar pulau semua datang,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan berkeliling ke tokoh-tokoh masyarakat, utamanya pondok-pondok pesantren yang memang memiliki sejarah kuat terkait tradisi kupatan ini. “Semoga silaturahminya tidak terganggu dengan lonjakan kasus Covid-19. Saya melihat warga masyarakat juga cukup tertib, dimana-mana silaturahmi juga memakai masker,” jelasnya.
Menurutnya, ini tradisi yang cukup baik. Dan sampai saat ini bisa terlaksana dengan lebih semarak. Meskipun arus lalulintas yang terpantau, ada kemacetan seperti 2 atau 3 tahun yang lalu.
Seperti yang diketahui, dalam tradisi Kupatan ini identik dengan kuliner ketupat sayur yang tersedia gratis bagi siapapun yang mau bersilaturahmi. “Itu indahnya tradisi Kupatan di Kabupaten Trenggalek,” papar suami Novita Hardiny ini. (mil/sit)