Surabaya
Dinas Perkebunan Jatim Gencar Inovasi dan Promosi Komoditi Perkebunan
Memontum Surabaya– Pergantian tampuk kepemimpinan Dinas Perkebunan Jatim dari Ir Moch Samsul Arifien MMA kepada Ir Kariyadi MM tidak memutus program yang sudah berjalan di petengahan anggaran 2017. Program-progam unggulan diteruskan penggantinya dengan tetap melakukan promosi dan inovasi. Di awal tahun 2017 ketika kendali Dinas Perkebunan Jatim masih dibawah Samsul Arifin salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah produksi gula.
Pasalnya, Jawa Timur memiliki peran yang strategis terhadap produksi gula secara nasional. Pada tahun 2016 lalu, produksi gula di Jawa Timur mencapai 1.029.803 ton. Jumlah itu memberikan kontribusi sekitar 46,33% terhadap produksi nasional.
Sebagai salah satu pemangku kepentingan terhadap produksi gula di Jawa Timur, Disbun terus berupaya meningkatkan produksi dan standardisasi kualitas gula di wilayahnya.
Salah satunya dengan melakukan terobosan baru, yakni dengan cara memangkas masa angkut tebu dari sawah ke pegilingan menjadi 12 jam. Saat ini rata-rata waktu yang dibutuhkan sekitar 15 jam, sehingga berpengaruh pada hasil produksi.
Kopi
Dalam rangka lebih meningkatkan pemasaran produk perkebunan Jawa Timur (Jatim) tersebut, Dinas Perkebunan Jawa Timur melaksanakan Gelar Promosi Produk Perkebunan Jawa Timur pada 20-22 November 2017, di Harris Hotel & Coventions Malang, Jawa Timur. Penyelenggaraan kegiatan ini juga untuk Memperingati HUT Provinsi Jawa Timur Ke 72 Tahun 2017.
Hadir dalam kesempatan ini beberapa pegiat perkebunan Jawa Timur. Peserta pameran itu terdiri dari beberapa perwakilan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota se Jawa Timur. Turut serta juga para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Bidang Perkebunan. Tidak hanya itu, tampak dalam kegiatan itu para pengusaha asing yang sengaja hadir untuk mengetahui lebih banyak tentang komoditi perkebunan di Jawa Timur.
Paul dan Michel, pengusaha kopi asal Belanda mengahadiri Gelar Promosi Produk Perkebunan Jawa Timur, untuk mencari kopi khas Jawa Timur. Dia tahu kopi dari Jawa Timur dari informasi yang disebar di internet. Makanya, Michael dan Paul ingin tahu rasa dan aroma kopi Jawa Timur, untuk diimpor ke negaranya.
Dalam kesempatan itu, Michael dan Paul tertarik kepada kopi dampit asal Malang.
Pameran yang dikemas dalam Gelar Promosi Produk Perkebunan Jawa Timur ini merupakan salah satu cara Dinas Perkebunan Jawa Timur untuk mempromosikan komiditi perkebunan di wilayahnya.
Ir Karyadi, MM (Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur), bahwa komoditi perkebunan di Jawa Timur memiliki khas di masing-masing daerah. Contohnya kopi. Kopi yang dihasilkan di Kecamatan Dampit berbeda dengan kopi dari Bondowoso, Situbondo, sampai Lumajang. Bahkan, tahun ini produk kopi Dampit mengantongi sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman. Dan kopi Bondowoso memiliki sertifikat Indeks Geografis (IG).
Selain kopi, Jawa Timur juga memiliki kakao. Karyadi mengatakan, Dinas Perkebunan akan segera meluncurkan program-program yang akan mampu mendorong masyarakat Jawa Timur khu-susnya dan Indonesia pada umumnya untuk mengkonsumsi kakao se¬perti minum kopi. Dengan hal-hal semacam itu, Indonesia selaku penghasil kakao tidak akan kalah dari negara lain.
Planet Kakao
Pemprov Jatim masuk dalam Top 40 Inovasi Pelayanan Publik, salah satunya ialah Planet Kakao yang merupakan inovasi dari Dinas Perkebunan Jawa Timur. Penghargaan diterima langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. Inovasi Planet Kakao, kata Kadis Perkebunan Ir Karyadi, MM merupakan kepanjangan dari Pengelolaan dan Edukasi Terpadu Kakao Melalui Kebun Rakyat Demi Indonesia Daulat Cokelat.
Planet Kakao dilengkapi dengan program adopsi pengolahan kakao menjadi produk sekunder yang selama ini dikuasai oleh pabrikan. SDM petani juga terus berkembang melalui kelembagaan kelompok dan terbukanya pikiran dan terus belajar. Apalagi dengan terbentuknya Kampung Coklat di Blitar.
Kini keberadaan Kampung Coklat dan kerjasama dengan para petani bisa menjawab pertanyaan bahwa teknologi pabrikan bisa dikuasai oleh petani yang semula sama sekali tidak bisa. Dengan demikian, nilai tambahnya berlipat ganda.
Dinas Perkebunan Jatim membantu kelompok-kelompok masyarakat menjadi UMKM cokelat agar mampu mengolah dan menjual. Selain di Blitar, juga ada Rumah Coklat di Kabupaten Trenggalek. Dan lagi di sentra pengolahan kakao menjadi produk jadi seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) ‘Adi Putri’ di Desa Panjer, Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri.
Disana, pengembangan usaha Adpico (Adi Putri Chocolate) dalam memproduksi dan menjual bubuk cokelat murni, bubuk cokelat three in one, permen cokelat rasa mild, mete, dan dark, serta opak gambir rasa cokelat sudah menunjukkan peningkatan usaha. Kelompok itu juga sudah mampu meningkatkan kapasitas produksi dari semula 5-10 kg bubuk menjadi hampir 50 kg bubuk cokelat per bulan. (fan/yan)