SEKITAR KITA

DPPKB Situbondo Anjurkan Pasangan Muda Tunda Kehamilan di Masa Pandemi

Diterbitkan

-

Kepala DPPKB Kabupaten Situbondo Drs H Imam Ghazali M Si saat ditemui wartawan Memo X dikantornya, Selasa (25/08/2020) siang. (her/im)

Memontum Situbondo – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Situbondo anjurkan pasangan muda untuk menunda kehamilan selama masa pandemi virus Corona atau Covid-19. Hal tersebut disebabkan dari data jumlah angka kehamilan selama pandemi virus Corona atau Covid-19 mengalami peningkatan dan diperkirakan dalam lima bulan terakhir mencapai sekitar 0,68 persen kehamilan.

Keterangan dari BKKBN Situbondo, selain karena meningkatnya intensitas suami-istri berada di rumah, juga karena adanya penurunan penggunaan alat kontrasepsi selama pandemi. BKKBN mendapat laporan, jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40 persen. Oleh karena itu BKKBN mempunyai program sejuta aseptor di seluruh Indonesia. Untuk pelaksanaan di Kabupaten Situbondo sudah berjalan sebanyak 1.200 aseptor yang semua alkon (alat kontrasepsi) dibiayai oleh Pemerintah pusat.

Alat kontrasepsi tersebut diantaranya pemasangan Inplan, IUD, pelayanan MOW dan MOP. Maka baru satu- satunya Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH yang mendapat penghargaan tertinggi dari Pemerintah pusat karena telah berhasil mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk di Kabupaten Situbondo melalui pelayanan MOP dimasa-masa pandemi.

Padahal apabila angka kehamilan mengalami pelonjakan tentu akan berdampak pada populasi dan demografi masyarakat. Karena itu DPPKB meminta masyarakat untuk menunda kehamilan di masa-masa pandemi ini. “Kita terus mengadakan sosialisasi. Kalau bisa, bagi yang belum hamil jangan hamil dulu pada masa pandemi. Hamilnya ditunda dulu,” kata Kepala DPPKB Kabupaten Situbondo Drs H Imam Ghazali M Si saat ditemui wartawan Memo X dikantornya, Selasa (25/08/2020) siang.

Advertisement

Alasan kehamilan sebaiknya ditunda

Sambung Imam Ghazali, alasan mengapa sebaiknya masyarakat menunda kehamilan terutama pada masa-masa pandemi virus Corona saat ini. Di antaranya pertimbangan mengenai kesehatan perempuan yang hamil dan kondisi fasilitas kesehatan selama pandemi. “Karena orang hamil, terutama hamil muda, itu daya tahan tubuhnya turun. Kalau daya tahannya turun akan mudah terkena infeksi. Yang kedua, orang hamil muda itu kan mual-mual dan sering muntah,” ujar H Imam Ghazali.

Menurutnya, kalau muntahnya berlebih itu harus ke dokter, terus kadang-kadang diinfus. Nah, sekarang ini kan tidak mudah, mau rawat inap juga belum tentu dapat tempatnya. “Alasan lain, ibu hamil muda berisiko mengalami keguguran. Berdasarkan formula yang digunakan DPPKB, setidaknya 5 dari 100 kehamilan yang terjadi dapat mengalami keguguran,” jelasnya.

Imam Ghazali menegaskan, oleh karena itu, kehamilan di masa sulit ini sebisa mungkin untuk ditunda, karena apabila mengalami keguguran atau pendarahan, ibu hamil harus dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes) untuk mendapat penanganan terbaik. “Kita tidak mau terjadi pendarahan, sehingga kematian ibu dan kematian bayi meningkat. Kan itu yang harus kita cegah betul,” tegasnya.

Perawatan ibu hamil

Lanjut H Imam Ghazali, kemudian alasan keempat, jika terdapat ibu hamil yang ternyata terinfeksi virus Corona, secara otomatis ia akan menerima sejumlah obat-obatan medis yang harus dikonsumsi. Kata dia, padahal belum diketahui secara jelas apakah obat-obatan tersebut memiliki dampak bagi janin yang ada dalam kandungannya. “Karena pembentukan organ-organ janin atau organogenetik, itu terjadinya pada masa hamil sebulan dua bulan. Adanya gangguan di awal-awal kehamilan ini sangat membahayakan proses pembentukan organ,” paparnya.

Advertisement

Dikatakan H Imam Ghazali, menimbang semua alasan risiko yang mungkin terjadi, DPPKB benar-benar meminta pasangan suami-istri untuk menunda kehamilannya. “Sekarang ini, kalau misalkan belum hamil lebih baik kita tunda dulu, jangan lupa pakai alat kontrasepsi, “katanya.

Lebih lanjut Imam Ghazali mengatakan, untuk antisipasi dan meminimalisir meningkatnya angka kehamilan selama pandemi Covid-19, Pemerintah pusat telah memberikan bantuan alat kontrasepsi, salah satunya di Kabupaten Situbondo dengan mendapatkan jatah sekitar 1.200 aseptor.

Masih kata mantan Camat Panji itu, angka kehamilan di Kabupaten Situbondo mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi meskipun tidak signifikan. Maka DPKKB Situbondo seminggu sekali memberikan pelayanan kepada masyarakat setiap Kecamatan mengadakan sosialisasi tunda kehamilan selama pandemi virus Corona atau Covid -19, karena resikonya banyak dan sesuai himbauan pemerintah. “Maka kami hari Jum’at mendatang akan mengadakan kegiatan pemasangan implan secara gratis. Sebelumnya sudah terlaksana sebanyak 1.200. Sekali kegiatan bisa dilakukan pemasangan implan sebanyak 25 sampai 30 dengan target sampai akhir bulan November sekitar 250 sampai 300 implan,” tukasnya.

H Imam Ghazali menambahkan, adapun dampak tingkat kehamilan tinggi di tengah – tengah masyarakat adalah jumlah penduduk yang tidak bisa terkendali. Meskipun Kabupaten Situbondo saat ini masih luas, namun jauh sebelumnya perlu diantisipasi karena ada tuntutan perekonomian, pendidikan dan kesehatan hindari adanya penelantaran kepada anak. Makanya KB mengharapkan 2 anak cukup dan jarak usia kelahiran memiliki anak minimal 3 sampai 5 tahun.

Advertisement

Bagi yang sudah hamil

Kata H Imam Ghazali, namun bagi mereka yang sudah terlanjur hamil dan saat ini tengah mengandung buah hatinya, Imam Ghazali menyebut untuk tetap tenang dan menjaga dengan sebaik mungkin. “Bagi yang sudah hamil, tentu tidak usah khawatir, harus dipelihara dengan baik. Mungkin saran saya kalau hamil muda harus istirahat. Jadi kalau sudah hamil ya.. mari kita pertahankan dengan baik, dirawat dengan baik,” kata Imam Ghazali.

Tidak hanya itu saja yang dikatakan Kadis DPPKB Kabupaten Situbondo itu, untuk kegiatan kontrol kesehatan ibu dan janin juga tidak perlu dilakukan rutin sebagaimana kondisi normal sebelum ada pandemi. Disebutkan H Imam Ghazali, bahwa Ikatan Bidan Indonesia dan Ikatan Dokter Spesialis Indonesia telah mengeluarkan imbauan untuk mengurangi frekuensi kontrol kehamilan. “Kontrolnya tidak harus rutin sebulan sekali atau seminggu sekali, tetapi kalau ada keluhan saja. Kalau tidak urgen, tidak perlu kontrol,” pungkasnya.

Sementara itu, Nurul Azizah S ST selaku Kasi Kesehatan Keluarga pada Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo saat ditemui wartawan Memo X di kantornya, Selasa (25/08/2020) mengatakan, sejak awal adanya wabah pandemi virus Corona atau Covid-19 pada Bulan Maret dan April ada peningkatan tren dibandingkan tahun lalu (2019).

Lanjutnya, pada bulan ketiga pandemi yaitu bulan Mei mengalami penurunan dibandingkan tahun kemarin dan bulan Juni ada kenaikan, selanjutnya bulan Juli mengalami penurunan kembali. “Jadi jika dikalkulasi seluruh presentase angka kehamilan mengalami kenaikan tidak terlalu signifikan sebesar 0,68 persen,” jelasnya. (her/im/mzm)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas