Pasuruan
Eduwisata Bhakti Alam Gratiskan Anak Yatim Piatu
Memontum Pasuruan—Sebagai sebuah tempat eduwisata, Bhakti Alam tak hanya mencari profit oriented. Di sisi lain, Bhakti Alam yang terletak di Desa Ngembal, Kecamatan Tutur, Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, juga sangat peduli dalam hal sosial, khususnya pada anak yatim piatu, panti asuhan, anak jalanan, dan lainnya, dengan menggratiskan seluruh fasilitas yang diinginkan.
“Kalau dibilang CSR, juga bukan. Kami hanya ingin bisa berbagi, khususnya anak panti asuhan yatim piatu, agar usaha Bhakti Alam menjadi berkah. Karena mereka belum tentu pernah mendapatkan pengalaman eduwisata seperti ini. Kami belum sempat mobile untuk menawarkan program gratis ini, karena kami fokus di lokasi. Maka ketika ada panti asuhan atau komunitas sejenis yang mengajukan, kami buka pintu selebar-lebarnya,” jelas Kurniawan, penanggung jawab Bhakti Alam, kepada Memo X.
Menurut Iwan, sapaan akrabnya, pihaknya tidak mau membatasi paket apa saja yang mereka inginkan. Sebut saja paket pelajar, mulai Rp 45.000 hingga Rp 225.000 per pax. “Kami bebaskan pilih paket yang mana? Bahkan sampai ada yang istighasah malam di pendopo. Umumnya mereka berasal dari sekitaran wilayah Jawa Timur,” jelas Iwan.
Salah satunya, 51 anak binaan Rumah Qur’an yang terdiri anak yatim piatu, anak jalanan, anak dhuafa dari keluarga pemulung, dan lainnya, yang berkunjung dan mendapatkan fasilitas gratis, Minggu (22/10/2017). “Alhamdulillah, rombongan kami diterima Bhakti Alam dengan tangan terbuka. Semuanya gratis. Anak-anak pun sangat senang, karena semuanya belum pernah ke sini,” jelas Sri Wahyuni, koordinator sie sosial Rumah Qur’an, sekaligus PJ kegiatan.
Rumah Quran, memiliki basecamp di jalan Batu Amaril 38 Malang, merupakan komunitas nirlaba yang bergerak di bidang edukasi Al Qur’an untuk anak dan perempuan, yang beranggotakan ratusan anggota perempuan lintas profesi, mulai ibu rumah tangga, pemulung (binaan), dokter, profesi lain, dan aktifis dakwah Islam, yang berdiri sejak tahun 2012.
“Bhakti Alam berdiri sejak 1989, tanpa ada konsep eduwisata. Awalnya murni hobi perkebunan, dengan daerah tandus. Dan lokasi persawahan hanya di Outbond Kid saat ini. Sejak tahun 2009-2010 mulai jadi tempat wisata, dengan 2.000-3.000 pohon durian, dimana ada 500-600 buah jatuh tiap 1 hari kalau lagi bagus-bagusnya. Yang baik itu buah durian jatuh, bukan dipetik,” papar Iwan.
Saat ini, Bhakti Alam merangkul SDM 95 persen penduduk sekitar. Dengan tingkat okupansi sekitar 3.000-5.000 pengunjung per minggu, dimana didominasi saat weekend 1.500-2.000 pengunjung. (rhd/jun)