Pemerintahan
Forpimda Temui Tokoh Masyarakat se Kecamatan Klojen, Berbuah Masukan Kritis
Memontum Kota Malang – Alirkan pemikiran positif karena itu pasti menjadi feed back yang positif. Hal sebaliknya, bila fikiran dipenuhi prasangka (negatif) maka pasti menuai hal negatif pula. Demikian dipesankan Sutiaji, Walikota Malang pada acara silaturahmi ketua RT, ketua RW dan ketua Lembaga Kemasyarakatan se Kecamatan Klojen bersama Forpimda di ballroom Aria Gajayana (27/10/2019).
“Mengapa ini perlu saya titipkan karena hoax begitu gencar berkeliaran di tengah tengah kehidupan kita semua. Runyamnya banyak yang mencernah dan mempercayainya, “ungkap Sutiaji penuh masgul.
Kaitan itu, suami Widayati Sutiaji mengajak warga kota Malang untuk semakin bijak bersosial media dan juga jangan mudah mengalirkan informasi yang membawa potensi kericuhan sosial.
Sementara, Kapolres Malang Kota Dony Alexander menegaskan kritik kepada pemerintah boleh, tapi tidak elok bila itu “titipan politik”. Lebih baik kita kerja nyata saja. Adapun Dandim 0833, Tommy Anderson, kembali mengingatkan ancaman radikalisme dan juga pemikiran pemikiran yang menghidupkan issue rasisme.
Diikuti tidak kurang dari 300 peserta, forum silaturahmi juga jadi ajang curah fikir warga kepada jaiaran Forpimda kota Malang. Seperti diutarakan Winarno, tokoh masyarakat Rampal Celaket, yang mengingatkan bahaya defisit /kelangkaan air di kota Malang. Pak Win, demikian pria ramah tersebut akrab dipanggil, menyarankan untuk makin diperhatikan dan dikuatkan biopori dan sumur resapan, termasuk penguatan dari sisi regulasinya.
Penggiat budaya ini juga mendukung program Urban Farming untuk makin dikuatkan di setiap RW RW.
Nampak hadir pula Ketua DPRD Kota Malang Made Rian DK, yang mendorong tambahan pengadaan satu RW, satu gerobak, untuk menguatkan penanganan sampah di lingkungan. Sejalan dengan program penambahan sarana kebersihan, Walikota Malang juga mengajak semua warga menghidupkan terus kerja bakti bersih bersih lingkungan.
“Sesungguhnya dari 26 titik rawan banjir, sebanyak 20 titik sudah kita normalisasi. Namun kalau pola sampah tetap dibuang sembarangan, ya jadi kayak tak manfaat. Ungkap Sutiaji penuh masgul.(*yan)