Kabar Desa
Gebrakan Awal Kades Tanggung Turen, Bedah Rumah Berantas Kemiskinan
Memontum Malang – Sebagai gebrakan awal H Duriadi Kepala Desa Tanggung Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Di usia jabatannya yang baru masuk 5 bulan ini,Duriadi menterapkan program bedah dengan tujuan untuk pengentasan kemiskinan.
“Kami melakukan bedah Rumah Tak Layak Huni (RTLH) di dua titik atas nama yang sama yaitu Jumaiyah. Ada satu lagi rumah Ngateni warga RT02/RW09, tetapi itu program dari Basnaz Kabupaten Malang. Ketiganya tercatat sebagai warga kurang mampu yang harus kita perhatikan, ” terang Duriadi, Selasa (7/1/2020) siang.
Dengan mengusung slogan, Desa Tanggung harus lebih maju dari tahun sebelumnya,Duriadi yang juga tercatat selaku mantan tim Tagana ini akan terus mengagendakan program bedah rumah.Karena menurutnya, di Desa Tanggung masih ada beberapa RLTH, toh program serupa juga dilakukan oleh Kades sebelumnya.
Ada program menarik yang bakal dilakukan Kades periode 2019-2025 mendatang ini yakni pembangunan rabat beton akses jalan menuju kawasan persawahan dan yang jelas, hal itu dilakukan demi kelancaran masyarakat tani.
“Selain jalan rabat beton kawasan perswahan, kami juga tengah memprogramkan membangun sumur bor di 7 titik. Semua itu kami lakukan untuk kepentingan petani. Alhamdulilah, dari 7 titik itu, satu diantaranya sudah terealisasi, ” beber Duriadi mengakhiri wawancara.
Sejarah singkat tentang desa Tanggung. Dihimpun dari cerita rakyat, konon di Desa Tanggung terdapat sebuah prasasti Turriyan atau yang lebih di kenal Prasasti “Watu Godek” adalah salah satu situs sejarah di wilayah Malang Selatan.
Prasasti yang populer dengan nama Watu Godek ini merupakan peninggalan dari Raja Empu Sendok yang pada masa pemerintahannya dahulu ia mengintruksikan untuk membangun sebuah bangunan/tempat ibadah di sebelah barat desa turriyan (sekarang Turen).
Atas perintah tersebut, dibangunlah sebuah tempat ibadah suci dengan modal satu kati plus tiga suwarna emas. Salah satu alasan pemberian nama “watu godek” sendiri adalah begitu sulitnya jika kita kita ingin membaca tulisan aksara jawa di batu/prasasti tersebut, sehingga kita hanya bisa godek-godek (menggeleng-gelengkan) kepala ketika membacanya.
Versi yang lain adalah karena di dekat batu tersebut terdapat batu lingga dan yoni, yang mana jika batu lingga dimasukkan pada batu yoni maka batu yoni tersebut bisa bergerak/godek-godek.
Prasasti yang dibuat pada Tahun 24 Juli 929 M, bertepatan dengan tahun 851 saka ini dilestarikan oleh masyarakat sekitar secara turun-temurun.
Sekitar tahun 2007 prasasti ini mulai mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah, pada saat itu sang penjaga prasasti ini (suami dari bu Nia) mendapat apresiasi/penghargaan dari Dinas Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Kabupaten Mojokerto.
Kini prasasti Turriyah atau Watu Godek ini terletak di Empu Sindok RT02/RW1, Desa Tanggung, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. (Sur/oso)