Kota Malang

Jalankan Amanah Kemenkes, FK-UB Cegah dan Tangani Stunting di Kabupaten Malang

Diterbitkan

-

Sinergi FK-UB dan Pemkab Malang, dalam mencegah dan menangani stunting di Kabupaten Malang. (rhd)

Memontum Kota Malang – Tingginya angka stunting hingga 30,8 persen secara nasional menjadi perhatian pemerintah Indonesia saat ini. Menyadari hal itu, Kementerian Kesehatan RI melibatkan semua elemen untuk bersama-sama melakukan pencegahan dan penanganan stunting, melalui konvergensi intervensi sensitif dan spesifik. Salah satunya melibatkan elemen perguruan tinggi, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB).

Didapuknya FK-UB kali ini, untuk menggandeng Pemkab Malang dalam mengurangi angka stunting di Kabupaten Malang. Dimana angka stunting Kabupaten Malang saat ini mencapai 18 persen. FK-UB bakal fokus mendampingi ibu hamil dan bayi mulai Juli 2019 hingga akhir tahun 2019.

Diajeng Setya Wardani, Sanusi, dan Wisnu Barlianto, saat menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Diajeng Setya Wardani, Sanusi, dan Wisnu Barlianto, saat menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

“Kami ada dana dari Kementerian Kesehatan terkait pendampingan perguruan tinggi dalam mengatasi stunting di Kabupaten Malang. Selama ini mungkin penanganan stunting fokus pada penderita, tapi kali ini kami merencanakan pencegahan mulai dari pasangan menikah, ibu yang dinyatakan hamil, hingga anak usia 2 tahun. Jika dilakukan secara maksimal, InsyaAllah angka stunting tidak akan muncul,” ungkap Ketua Pelaksana, Dr. Diajeng Setya Wardani, M.Kes, Kamis (27/6/2019).

Dani menambahkan, fokus di tahun pertama, ada 10 lokasi desa yang tersebar di 9 kecamatan, seperti wilayah Pujon ke barat, Batu, Pagelaran, dan wilayah Malang Selatan. Nantinya, ada 8 program yang akan diberikan, salah satunya Sehati, yaitu Sekolah Sehat dan Sadar Gizi, dimana akan ada pemberian susu, tablet penambah darah, mulai siswa TK hingga SMA.

“Pada ibu yang dinyatakan hamil, kami akan mendampingi mulai pemeriksaan, bersalin, nifas, hingga anak usia 2 tahun. Termasuk jaminan ASI eksklusif, karena kekurangan ASI eksklusif menjadi faktor determinasi penyebab stunting,” tambahnya.

Advertisement

Sementara itu, Dekan FK UB, Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med. mengatakan, untuk tenaga yang akan dikerahkan dalam program ini sebanyak 20 dokter dibantu pendamping mahasiswa lintas prodi, seperti Kedokteran, Perawat, Ahli Gizi, dan Farmasi.

“Mereka akan terjun ke lapangan untuk pendampingan dan menyelesaikan stunting ini. Kita akan lakukan secara bertahap. Usai tahun pertama hingga akhir tahun 2019, nanti akan kita lanjutkan di tahun berikutnya,” jelas Wisnu.

Mengapresiasi kegiatan ini, Plt Bupati Malang, Sanusi, menyambut baik program pendampingan perguruan tinggi dalam program pencegahan dan penanganan stunting melalui konvergensi intervensi sensitif dan spesifik di Kabupaten Malang.

“Terima kasih UB memilih Kabupaten Malang. Penyebab stunting dikarenakan kurang cukup gizi, bukan tidak ada gizi. Terutama daerah Pujon dan Batu ke atas, serta di daerah Malang Selatan. Dengan program ini diharapkan bisa zero stunting,” tandasnya (adn/yan)

Advertisement

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas