Kota Malang

BBKKP Gelar Diseminasi Hasil Litbang, Kembangkan Industri Kulit Indonesia

Diterbitkan

-

Agus Kuntoro (tengah), didampingi Budi Purwoko, dan Metrison, membuka acara diseminasi. (rhd)

Memontum Kota Malang – Market industri kulit di Indonesia kian menurun, seiring berkembangnya industri sintetik dari dalam dan luar negeri, seperti China, Pakistan, dan negara lainnya. Bahkan proporsi tingkat persaingannya mencapai 60 persen sintetik dan 40 persen kulit, jauh timpang dibandingkan 5 tahun lalu dimana pasar industri kulit masih mencapai 80 persen.

“Bisa dibandingkan dan dilihat, selera konsumen terutama anak muda lebih suka sepatu Kets dan tas kain yang lebih murah, dibandingkan menggunakan produk sepatu dan tas kulit. Meski keunggulan kulit itu lebih lama, dibandingkan produk sintetik yang mirip kulit. Dimana masyarakat banyak yang terkecoh sintetik,” jelas Ketua Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia, Budi Purwoko, kepada awak media, ditemui dalam acara Diseminasi Hasil Litbang BBKKP, di Hotel Sahid Montana Malang, Kamis (27/6/2019).

Peserta diseminasi hasil Litbang BBKKP, menyimak pemaparan pemateri. (rhd)

Peserta diseminasi hasil Litbang BBKKP, menyimak pemaparan pemateri. (rhd)

Ditambahkan Budi, hasil industri kulit saat ini didominasi oleh peminat pengrajin lokal, sementara ekspor kulit sangat minim. Meski diakui, kulit sapi Jawa cukup berkualitas dibandingkan kulit sapi lainnya.

“Pengambilan kulit kurang diperhatikan oleh penjagal, hingga ada banyak luka, lubang, dan usai dikelupas hanya diletakkan sembarangan, bukan lagi dibentangkan. Kulit yang cacat tadi akhirnya dilempar untuk pembuatan kerupuk kulit, dan cecek,” tandas Budi.

Menyadari hal tersebut, Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), bekerjasama dengan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) menyelenggarakan Diseminasi Hasil Litbang BBKKP yang dihadiri oleh 24 industri penyamakan kulit dari Malang dan Jawa Timur, serta instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo, dan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI).

Advertisement

Kepala Balai BBKKP, Agus Kuntoro, menyampaikan, diseminasi hasil litbang yang dihadiri IKM industri kulit, asosiasi penyamak kulit dan perwakilan dinas terkait, diharapkan dapat menjadi sarana untuk transfer teknologi hasil litbang BBKKP kepada stakeholder.

“Melalui diseminasi dapat menjadi forum untuk saling bertukar pengetahuan, informasi, ide kreatif dan inovasi, serta membantu tumbuh kembang industri kulit di Indonesia. Selain itu, industri pengolahan berbahan baku kulit, seperti tas, sepatu, dompet, ikat pinggang, dan lainnya,” jelas Agus, didampingi Kabid Sarana Riset dan Standarisasi BBKKP Metrison.

Dalam diseminasi hasil litbang ini, dipresentasikan empat hasil litbang BBKKP. Diantaranya Pemanfaatan Limbah Shaving untuk Binder Protein oleh Gresy Griyanitasari; Pemanfaatan Limbah Fleshing untuk Kompos oleh Iwan Fajar Pahlawan; Pembuatan Gelatin dari Limbah Pra Penyamakan oleh Dona Rachmawati; serta Alat Uji Suhu Kerut Kulit Tersamak Sistem Digital oleh Fajar Majidi.

Dalam pemaparan Pemanfaatan Limbah Shaving untuk Binder Protein, dijelaskan limbah shaving merupakan salah satu limbah padat di industri penyamakan kulit yang dihasilkan saat proses shaving. Yaitu penyerutan bagian dalam kulit untuk menghilangkan sisa daging yang menempel.

Advertisement

“Limbah shaving dapat digunakan sebagai perekat dan pengkilat di tahapan finishing pada proses penyamakan kulit dalam meningkatkan daya tarik dan keawetan kulit tersamak. Binder protein hasil penelitian BBKKP telah diaplikasikan pada kulit konvensional (kulit sapi, kulit kambing) dan kulit non konvensional (kulit biawak, kulit ular, kulit ikan), dengan hasil sama dengan binder protein impor,” jelas Gresy. (adn/yan)

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas