Politik
Kami Sudah Bekerja Bukan Retorika, Sahto Paparkan Keberhasilan dalam Debat Publik Cabup
Memontum Tulungagung — Pasangan Cabup incumbent nomer urut 2 SAHTO (Syahri Mulyo-Maryoto Birowo) memaparkan program-program/keberhasilan yang telah dilaksakanakan pada periode sebelumnya, pada acara Debat Publik Paslon yang berlangsung disalah satu hotel pada Jumat (23-3-2018) pukul 19.30 WIB. Dalam acara tersebut, secara gamblang SAHTO memaparkan program-programnya berdasarkan data dari statistik, sehingga mudah dipahami. Diantara program yang disampaikan yakni tema Kemiskinan, tema Koperasi/UMKM, Petani, Buruh Migran dan Pariwisata.
Saat mendapat giliran pertama Cabup Margiono langsung angkat bicara. Dia mengatakan angka kemiskinan di Tulungagung relatif tinggi. Pemerintah harus fokus membikin progam hebat untuk orang miskin. Dengan berapi-api, Margiono kembali menegaskan policy harus memihak golongan kecil. Ekonomi pro kerakyatan harus terus didorong. Salah satunya meningkatkan lapangan pekerjaan secara tradisional dan modern.
“Soal angka kemiskinan di Tulungagung 8 koma sekian. Saya tidak hafal,” katanya.
Kemudian Giliran angkat bicara, Cabup nomer urut 2 Syahri Mulyo mengatakan angka kemiskinan di Tulungagung lebih rendah dari Provinsi Jawa Timur dan Nasional. Saat ini hanya 8,23 persen. Sedangkan Jatim 12,05 persen. Syahri memaparkan saat pertama kali memimpin Tulungagung (2013), angka kemiskinan mencapai 9,03 persen.
“Kalau sekarang 8,23 persen artinya selama kami Sahto memimpin Tulungagung (2013-2018), angka kemiskinan telah turun, “ tuturnya. Sementara terkait pendapatan perkapita rata-rata warga Tulungagung terus meningkat bagus. Sebelumnya Rp 23 juta per tahun naik menjadi Rp 30 juta sekian per tahun. Soal angka harapan hidup juga semakin baik. Dari sebelumnya 70,74 persen meningkat menjadi 73,4 persen. Artinya usia warga Tulungagung yang 90 persen agraris semakin panjang. “Dan semua yang saya sampaikan ini bukan retorika dan bukan dari pemkab Tulungagung. Ini data dari statistik resmi, “ungkap Syahri datar.
Di era pemerintahan Sahto, lanjut Syahri, perkembangan ekonomi kerakyatan tumbuh dimana-mana. Lahan lahan tidur yang sebelumnya tidak produktif berubah menjadi pusat kegiatan ekonomi kerakyatan yang dinamis. Contoh nyata Bantaran Sungai Ngrowo dan area sekitar Lembu Peteng telah menjadi pusat kuliner.
Belum lagi pasar rakyat yang bermunculan disejumlah wilayah kecamatan. Pasar dengan pedagang kaki lima yang sebelumnya kumuh, tidak tertata, berubah bersih dan menarik. Disana pemerintah juga menyalurkan bantuan modal. Di sektor lain, yakni pendidikan, pemerintahan Sahto juga menjalankan kebijakan seragam dan angkutan sekolah gratis.
Ini bertujuan meringankan beban ekonomi. “Artinya sektor lain ini bertujuan meringankan beban ekonomi masyarakat, terutama menengah kebawah, “terangnya. Tak kalah dengan Syahri, Cawabup Maryoto Bhirowo menambahkan dengan pemberdayaan ekonomi rakyat yang konkrit, perputaran modal semakin cepat.
Menjawab pertanyaan soal koperasi dan UMKM, Syahri memaparkan data di bulan Juni 2017, yakni bagaimana Pemkab Tulungagung memperoleh penghargaan terkait koperasi dan UMKM dari pemerintah pusat. “Artinya kepala daerah Tulungagung terpilih sebagai salah satu yang berprestasi di Indonesia, “ujar Syahri diiringi tepuk tangan pendukungnya.
Soal pengembangan pariwisata, selama ini pemerintahan Sahto menerapkan manajemen pengelolaan yang selalu melibatkan masyarakat lokal, yakni kelompok masyarakat sadar wisata (Pokdarwis). Sejak era pemerintahan Sahto, sektor wisata memberi pemasukan (PAD) yang cukup besar ke daerah.
Hanya saja pengembangan wisata selama ini diakui Syahri, terkendala status wilayah yang sebagian besar dibawah kewenangan Perhutani. Keterbatasan waktu kerjasama ini yang membuat investor hingga kini masih berfikir ulang.
Mengenai buruh migran, pemerintah terus melakukan pendampingan pra dan pasca bekerja. Angka buruh migran yang berkemampuan skill semakin meningkat. Saat pulang, para eks buruh migran juga didampingi bagaimana mengelola keuangannya oleh dinas terkait.
“Karena saat pulang harapannya mereka telah memiliki modal untuk membuka usaha di daerahnya sendiri, “jelas Syahri.
Menyinggung soal pasar modern, Syahri mengatakan di Tulungagung tidak terdapat pasar modern. Yang ada adalah toko modern, yakni Indomart, Alfamart, swalayan dan sebagainya.
Mengenai pariwisata, yakni khususnya pantai di kawasan jalur lintas selatan, Margiono menawarkan sistem paket wisata 7 pantai selatan. Sebab menurutnya pariwisata tidak akan besar jika digarap parsial. Bahkan Margiono mengaku sudah berkonsultasi dengan koleganya di Jakarta.
Yang menarik, dalam 5 menit sesi tanya jawab antar paslon yang disediakan moderator, Margiono menyatakan menolak bertanya ke paslon Sahto.
“Kalau ndak bertanya boleh atau tidak?. Saya sudah memahami apa yang disampaikan Pak Syahri Mulyo. Jadi tidak perlu bertanya lagi, “ujar Margiono ke moderator.
Dalam penutup acara, Paslon Sahto menegaskan apa yang disampaikannya dalam debat bukan retorika. Semua data fakta yang berasal dari badan statistik. Syahri mengatakan selama memerintah Sahto sudah berbuat sebaik baiknya. “Kami sudah melakukan sesuatu untuk masyarakat Tulungagung”, pungkasnya. (zul/nay)