Kota Malang

Kampung Glintung Water Street Kota Malang Angkat Festival Urban Farming

Diterbitkan

-

Kampung Glintung Water Street Kota Malang Angkat Festival Urban Farming

Memontum Kota Malang – Dalam rangka menarik wisatawan yang surut akibat pandemi Covid-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Dinas Kepemudan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) bersama Forum Kelompok Sadar Wisata (Forkompokdarwis) Kota Malang, menggelar Virtual Event Kampung Tematik. Kali ini atau Jumat (26/11/2021) tadi, giliran Kampung Glintung Water Street (GWS) yang unjuk kebolehan dengan Festival Urban Farming.

Ketua Forkompokdarwis Kampung GWS Ageng Wijayakusuma, menjelaskan bahwa awalnya kampung yang terletak di RW 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, ini memang dikonsep urban farming. “Jadi, awalnya memang wilayah ini kami tata untuk pertanian, perikanan dan peternakan di perkotaan atau yang lebih dikenal dengan nama urban farming. Di Kampung GWS ini kami menyajikan wisata edukatif. Baik pengelolaan sampah, pertanian, perikanan dan lain-lain,” terangnya.

Menurutnya, urban farming dipilih untuk mengangkat potensi yang ada di wilayahnya. Sehingga yang awalnya tidak bisa menjadi jujugan wisata, pada akhirnya bisa dikunjungi wisatawan karena pengembangan potensi yang dimiliki.

“Kami percaya setiap kampung memiliki potensi dan itu kami buktikan. Alhasil, hari ini kita sukses melaksanakan event Festival Urban Farming,” tambah Ageng.

Advertisement

Pada festival ini, terangnya, terdapat beberapa rangkaian acara yang menunjukkan betapa banyaknya potensi Kampung GWS yang sayang untuk dilewatkan pengunjung. Mulai dari demo pembuatan wedang telang, kencur, jus sawi dan nanas yang merupakan welcome drink Kampung GWS.

Kemudian, juga memanen hasil sayur urban farming, seperti sawi, kangkung, cabai, tomat dan aneka sayur mayur lainnya. “Awalnya kami mendapat bibit tanaman dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang. Lalu kemudian, kami semai dan jadi bibit-bibit baru. Di sini budidaya berbasis akuaponik, karena pupuknya dari kotoran ikan yang ada di sepanjang drainase kampung ini. Ada ikan nila dan ikan lele,” jelas Ageng.

Di samping itu, Ketua Forkompokdarwis Kota Malang Isa Wahyudi, mengungkapkan kekagumannya terhadap Kampung GWS. Pria yang akrab disapa Ki Demang itu merasa bahwa Kampung GWS sudah mandiri dalam hal ketahanan pangan.

“Dari tahun ke tahun, urban farming di Kampung GWS ini menunjukkan perkembangan yang luar biasa,” kagumnya.

Advertisement

Baca juga :

Tidak hanya itu, bahkan Kampung GWS adalah satu-satunya Kampung Wisata Tematik di Kota Malang, yang tak pernah tutup selama pandemi. Pasalnya, kampung ini sudah dinobatkan menajdi Kampung Tangguh Mandiri Semeru. Karena ketahanan pangan dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang terus berjalan.

“Jadi, saya rasa kampung ini tidak hanya sekedar layak huni, tapi juga layak dikunjungi. Layak dikunjungi dalam rangka studi ketahanan pangan kampung. Oleh sebab itu, diangkatkan urban farming ini menjadi keunggulan kampung,” sambung Ki Demang.

Di Kampung GWS juga melakukan budidaya ikan, seperti lele dan nila. Bahkan, tiap drainase di kampung tersebut dipenuhi dengan ikan segar yang siap dibudidaya dan siap dipanen untuk diolah menjadi bahan makanan, seperti bakso lele, nugget lele dan sempol lele. Spot foto menarik dan mural di sepanjang kampung, pun tidak kalah ketinggalan untuk makin memanjakan wisatawan yang berkunjung di Kampung GWS.

Sementara itu, Kepala Disporapar Kota Malang Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si turut mengapresiasi gelaran Virtual Event Kampung Tematik. “Pemkot Malang melalui Disporapar pastinya mengucapkan selamat dan sukses atas paksanaan kegiatan Festival Urban Farming di Kampung GWS. Di mana gelaran ini sukses dilaksanakan secara hybrid, offline dan online,” terang Ida.

Advertisement

Ke depan, Pemkot Malang berharap Forkompokdarwis Kampung Tematik terus bersinergi dengan pemerintah untuk kembali menggeliatkan wisata di Kota Malang. “Semoga selalu tetap berinovasi. Terlebih bagi Kampung GWS semoga ke depan semakin dikuatkan budidaya ikan, urban farming, maupun kreasi produk olahan barang bekas,” terang Ida. (mus/sit/adv)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas