Politik
Kenaikkan Harga Kedelai Jadi Perhatian Fraksi PKS DPRD Batu
Memontum Kota Batu – Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Batu, Ludy Tanarto, angkat bicara menyikapi naiknya harga bahan baku kedelai.
Saat dihubungi memontum.com, dirinya mengatakan bahwa pemerintah seharusnya menghitung kebutuhan kedelai di masyarakat. Begitu kebutuhan-kebutuhan ditingkatan masyarakat tidak menjadi kendala dan pemerintah melalui Bulog, bisa mengantisipasi hal tersebut.
“Kondisi tersebut memang menyulitkan bagi pengusaha tempe dan tahu. Sementara daya beli masyarakat, masih belum pulih karena pandemi ini. Mestinya, pemerintah melalui Bulog, misalnya baffer stock (ketersediaan barang) harus aman. Jadi, saat ada kenaikan harga secara internasional, baffer stock kedelai tidak ada kendala,” katanya.
Mestinya, tambah Ludy, yang harus dilakukan adalah produksi lokal. Apalagi, di Batu menurutnya kurang cocok untuk tanaman kedelai. “Karena biasanya, kedelai ditanam pada dataran rendah,” jelasnya.
Karena itu, menurut Ketua Fraksi PKS, pemerintah sudah harus melakukan langkah-langkah antisipasi. Bagaimana solusinya, agar permasalahan ini tidak selalu terulang. Tentunya, Diskoumdag harus selalu berkoordinasi dengan Bulog.
Sedangkan secara nasional, pihaknya akan menyampaikan aspirasi ini kepada fraksi PKS yang ada di DPR. Tujuannya, supaya bisa menjadi kebijakan pusat serta mendorong peningkatan produksi pangan nasional khususnya kedelai.
“Sebab, dengan demikian bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena, tempe dan tahu merupakan lauk pauk yang murah namun banyak mengandung gizi. Apalagi, masyarakat kita merupakan konsumen kedelai yang cukup tinggi terhadap kedelai,” terangnya.
Pengusaha tahu yang beralamat di jalan Bromo Kelurahan Sisir Kecamatan/Kota Batu, Riyanto, mengatakan bahwa kenaikan harga kedelai tidak terlampau mempengaruhi tingkat produksinya. Meskipun, dampak kenaikan juga dirasakan.
“Ya, secara umum produksi kami tidak ada kendala. Setiap hari, kami masih mampu produksi sekitar empat kwintal kedelai. Namun, sejak Covid-19 jadi menurun dari sebelumnya. Termasuk, harganya sekarang yang mengalami kenaikkan,” ujarnya.
Ditambahkan, namun demikian, tatkala sudah melewati batas sesuai perhitungan, tentu saja harga jual menjadi naik.
Kenaikan harga kedelai, itu sendiri tidak langsung seperti sekarang (Rp 9000/kg) di distributor. Tetapi, bertahap sekitar bulan November harga kedelai mulai naik, dari Rp 6000/kg – Rp 7000/kg ada kenaikan Rp 100 dan terus naik. “Hingga sekarang, berkisar Rp 9500/kg,” tambah Riyanto. (bir/sit)