SEKITAR KITA

Lahan Pertanian Kian Sempit, Pemkot Malang Apresiasi Program Petani Milenial untuk Ketahanan Pangan

Diterbitkan

-

Memontum Kota Malang – Banyak lahan pertanian di Kota Malang yang telah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan), dari 995 hektare sawah, selalu ada penurunan kurang lebih 25 hektare setiap tahunnya di Kota Malang.

Hal inilah, yang membuat Dispangtan makin menggencarkan program ketahanan pangan, salah satunya adalah Petani Milenial.

Program ini sendiri, mendapat apresiasi dari Wakil Wali (Wawali) Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, yang sempat menyambangi kegiatan Hari Pangan Sedunia di Dispangtan, Jumat (29/10/2021).

Advertisement

“Karena lahan pertanian banyak yang berubah fungsi menjadi kawasan perumahan dan seterusnya.l, maka saya dan Pak Wali ketika diambil sumpah dan dilantik untuk memimpin Kota Malang, kami langsung komitmen membangun pendidikan karakter,” terang pria yang akrab disapa Bung Edi tersebut.

Menurutnya, pendidikan karakter yang diterapkan untuk anak usia sekolah salah satunya adalah budaya menanam.

Pasalnya, dengan budaya menanam akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan kehidupan generasi muda ke depannya.

“Apalagi dengan semangat Sumpah Pemuda yang kita peringati kemarin, makanya tidak salah kalau inovasi terus dilakukan.

Advertisement

Saya juga mengapresiasi program Petani Milenial yang dicanangkan Dispangtan dan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Khusus milenial, karena ini kawasan perkotaan,” beber Politisi Partai Golkar itu.

Baginya, langkah program Petani Milenial menjadi salah satu perangsang gairah khususnya para pemuda di Kota Malang untuk gemar menanam.

“Tentunya petani yang masih muda, dengan tantangan kondisi daerah perkotaan yang lahannya serba sulit.

Mereka bertani, menanam menggunakan pendekatan teknologi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan pertanian,” jelasnya.

Advertisement

Artinya, Petani Milenial tak hanya menanam melainkan juga mampu memasarkan produk yang dihasilkan. Terlebih dengan teknologi informatika yang pesat saat ini.

“Nah itukan keren. Apalagi di perkotaan, dengan kekuatan IT bisa memasarkan produk pertaniannya hingga ke berbagai penjuru.

Karena tantangan kita hidup di perkotaan dalam rangka meningkatkan pertanian memang membutuhkan niat dan tekat kuat,” terang Bung Edi. (mus/sit)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas