Pemerintahan
Layanan Tak Maksimal, Komisi IV DPRD Trenggalek akan Panggil Direktur RSUD dr Soedomo
Memontum Trenggalek – Buruknya pelayanan di Rumah Sakit Umum Dr Soedomo mendapat perhatian khusus dari Komisi VI DPRD Kabupaten Trenggalek. Mendapat informasi terkait pelayanan yang tak maksimal dari rumah sakit plat merah ini, Komisi VI DPRD Kabupaten Trenggalek melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak).
Beberapa keluhan yang dirasakan masyarakat diantaranya antrian pelayanan obat hingga antrian di loket pelayanan Poli.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Trenggalek, Mugianto mengaku kecewa terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Parahnya, butuh waktu hingga berjam-jam untuk antri ke loket maupun pengambilan obat.
“Tentu kondisi seperti ini tidak boleh terjadi karena bisa mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. Dan jika terus dibiarkan akan berdampak buruk, ” ucap Mugianto, Rabu (22/01/2020) siang.
Tak hanya itu, banyak pasien yang justru memilih berobat ke rumah sakit tetangga lantaran kondisi ini. Oleh karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil Direktur RSUD Soedomo untuk klarifikasi lebih lanjut.
Politisi Partai Demokrat ini berharap agar pihak RSUD segera membenahi sistem pelayan yang ada.
“Kami berharap agar pihak manejemen segera berbenah dan memperbaiki kinerja agar kedepannya bisa bermanfaat bagi masyarakat Trenggalek, ” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD dr Soedomo Kabupaten Trenggalek, Bhaktiar Arifin membenarkan terkait kondisi pelayanan yang ada saat ini.
“Kondisi ini memang cukup berpengaruh terhadap kualitas pelayanan terhadap pasien. Akan tetapit, tahun ini sudah dianggarkan untuk perbaikan semua sistem yang ada sehingga bisa memberi rasa puas kepada para pengunjung, ” katanya.
Berharap di pertengahan tahun 2020, semua bisa terealisasi dan bisa membantu dalam peningkatan pelayanan.
Terpisah, Sri Suhartatik, Kepala Instalasi Farmasi RSUD dr Soedomo Kabupaten Trenggalek Sri Suhartatik mengakui jika salah satu faktor pelayanan obat menjadi lebih lama adalah kurangnya tenaga dan SDM yang ada.
“Dikarenakan tenaga yang dibutuhkan masih sangat minim dengan banyaknya pasien yang membludak. Bahkan dalan sehari kami melayani sedikitnya 200 – 300 resep. Dan membutuhkan kecepatan serta tenaga terampil, ” tutur Sri. (mil/oso)