Kabupaten Malang
Menengok Potret Keluarga Miskin di Kelurahan Dampit Kabupaten Malang
* Tak Tersentuh Program Kesejahteraan Pemerintah..?
Memontum Malang —Prihatin, jika kita melihat kondisi rumah Mbok Klimah (60) warga Lingkungan Ngelak Kelurahan Dampit Kabupaten Malang. Selama berpuluh-puluh tahun, mereka menghuni rumah reyot berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah.
Lebih prihatin lagi, dengan kondisi kamar mandi samping rumah belakang janda 3 anak ini berdindingkan tebing rerumputan. Kumuh dan agak terbuka. Hanya ditutup asal-asalan dengan sehelai glangsi plastik. Maklum, rumah yang berpenghuni 5 orang ini, terletak di tengah kawasan hutan milik Perum Perhutani KPH Malang.Tetangga kanan kiri ternyata tidak banyak, dapat dihitung dengan jari tangan saja.
Kondisi tersebut indentik tak tersentuh ditengah gencarnya program pemerintah saat ini membangun satu juta jamban, termasuk menyiapkan generasi muda untuk hidup sehat dan pintar.
“Kulo dereng nate ditawani bedah rumah. Senaoso nate didugeni pak Lurah,namung keperluanipun intu, “(Saya belum pernah ditawari bedah rumah. Kendati pernah didatangi Pak Lurah,tetapi keperluannya lain), ” ujar Mbok Klimah dengan bahasa jawa yang ia bisa Sabtu (2/3/2019) kemarin.
Juga dijelaskan, saat ini Klimah hidup bersama dua anak dan seorang cucu. Wagiran suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu lantaran sakit. Begitu juga Sumiati putri sulungnya, kini masuk selamatan ke-40 harinya.
Ironisnya, rumah Mbok Klimah sekedar untuk berlindung dari terpaan angin, sengatan matahari dan hujan. Untuk tidurpun hanya disekat dengan kain dan tidak ada kasur. Di dalam rumah reyot itu nyaris tidak ada harta benda yang berharga.
Kendati didalamnya terlihat sebuah pesawat televisi, itupun ia dapat dari hasil jerih payah, untuk hiburan anak-anaknya semata yang jauh dari bising keramaian.
Guna mempertahankan hidup, keluarga,Klimah bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya tidak menentu. Rumah berukuran 6×5 meter ini ternyata jauh dari kata layak huni.
Jika turun hujan, bocor di sana sini sudah menjadi hal yang biasa. Untuk tidurpun hanya disekat dengan kain dan tidak ada kasur. Adakah pihak peduli selain perhatian pemerintah? (sur/oso)