Berita Nasional

Menuju Persaingan Global, Perhutani Launching Regrouping dan Rebranding

Diterbitkan

-

Menuju Persaingan Global, Perhutani Launching Regrouping dan Rebranding

Memontum Kota Batu – Langkah strategis diambil oleh Perum Perhutani menuju persaingan usaha yang kian ketat baik nasional maupun global. Dari tujuh anak perusahaannya, Perum Perhutani menggabungkan (merger) menjadi tiga perusahaan.

Menandai penggabungan seluruh anak perusahaan, Perum Perhutani melaksanakan launching Regrouping dan Rebranding yang bertempat di kawasan Wana Wisata Coban Rondo, Jumat (26/08/2022) tadi. Kegiatan ini, dihadiri Wakil Menteri (Wamen) BUMN, Pahala Nugraha Mansyuri, Direktur Utama (Dirut) Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro dan seluruh direksi.

Kementerian BUMN sebagai induk yang menaungi Perum Perhutani, secara resmi menggabungkan anak usaha Perum Perhutani ke dalam dua subholding. Diketahui, PT Inhutani I, II dan III bergabung ke dalam PT Inhutani I, lalu PT Inhutani IV, V dan PT Perhutani Anugerah digabungkan ke dalam PT Inhutani V, serta PT Palawi di re-branding menjadi PT Econique

Dirut Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro, mengatakan bahwa aksi korporasi ini untuk meningkatkan fokus produksi dan mendukung program pengelolaan hutan secara berkelanjutan. “Merger anak usaha ini setelah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memberikan legal merger yang ditetapkan dan berlaku efektif pada 1 Agustus 2022 lalu,” katanya.

Advertisement

Baca juga:

Lebih lanjut disampaikan, salah satu tujuan dari merger anak perusahaan ini adalah terciptanya sinergi potensial sehingga siap dalam menghadapi persaingan usaha secara nasional dan global. Sehingga, nanti Inhutani I akan fokus pada bisnis kayu dengan produk kayu bulat, kayu olahan (raw sawn timber, plywood, barecore), biomassa dan pengembangan proyek nature based solutions atau perdagangan karbon (carbon trade).

Sedangkan Inhutani V akan fokus pada produk hasil hutan bukan kayu berupa gondorukem, terpenting dan derivatnya. Dimana hal ini, merupakan implementasi atas inisiatif strategis Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Perhutani 2020-2024, juga merupakan bagian dari 88 proyek strategis (Strategic Delivery Unit) Kementerian BUMN terkait inovasi model bisnis BUMN dan rasionalisasi jumlah Perusahaan BUMN.

Menurutnya, penggabungan dilakukan terhadap entitas yang memiliki model bisnis serupa dan diantaranya terkendala permasalahan finansial dan operasional. Karena dengan integrasi tersebut diharapkan bisnis perusahaan lebih optimal dan bisa bersaing di pasar domestik dan global.

Berdasarkan proyeksi keuangan paska merger 2022-2027, Wahyu menilai penggabungan anak Perhutani Group dengan bisnis inti kayu maupun hasil hutan bukan kayu memiliki dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan. “Kemungkinannya akan semakin meningkat dibandingkan sebelum dilakukan merger. Khususnya pada parameter-parameter pokok keuangan yaitu pendapatan, laba bersih, rasio hutang terhadap laba kotor dan arus kas operasi,” tuturnya.

Advertisement

Terpisah Wamen 1 Kementerian BUMN, Pahala Nugraha Mansury mengatakan pihak BUMN nantinya juga melakukan spin off kegiatan ekowisata yang selama ini ada di Perhutani dan inhutani 1 agar nantinya bisa secara khusus dikelola oleh Econique. Selain itu, juga melakukan rebranding Palawi Resourches untuk mendorong bagaimana perhutani bisa merealisasikan visinya sebagai perusahaan yg mengelola sumber daya kehutanan.

“Khususnya dalam hal ini pendekatan atas dasar keberlangsungan usahanya. Artinya betul-betul memperhatikan bagaimana kelestarian alam bisa dilaksanakan sambil juga memastikan bisa memberikan manfaat semaksimal mungkin kepada masyarakat yang berada di sekitarnya,” urainya.

Terlebih, hal tersebut merupakan salah satu dari 88 inisiatif strategis yang dimonitor langsung oleh kementerian BUMN dan akan dilaporkan secara rutin kepada Kemenseskap dan Presiden. Karena hal tersebut memiliki konsentrasi yang tinggi terkait bagaimana upaya BUMN di sektor kehutanan dan sektor lingkungan hidup bisa memberikan hasil optimal, serta memberikan sumbangan kepada negara dalam bentuk dividen yang terus meningkat.

“Namun, di sisi lain juga harus sesuai dengan apa yang diharapkan Indonesia dengan menargetkan pencapaian untuk bisa mencapai penurunan emisi karbon sebesar 29 persen di 2030 nanti dan mencapai 0 di 2060. Sehingga sektor lingkungan hidup dan kehutanan memiliki kontribusi yang sangat penting, karena dalam hal ini kita memastikan tercapainya emisi tersebut. Di sisi lain juga bagaimana sektor kehutanan  tetap memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar.(bir/gie)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas