Kabar Desa

Pasar Kopi Luwak Lesu, Petani Amstirdam Fokus Produksi Kopi Tradisional

Diterbitkan

-

Jajang Slamet Penyuluh Pertanian Kecamatan Dampit. (sur)
Jajang Slamet Penyuluh Pertanian Kecamatan Dampit. (sur)

Memontum Malang – Akibat lesunya kopi luwak khususnya di pasar lokal saat ini, para petani kopi di bilangan Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit dan Sumbermanjing Wetan (Amstirdam) Kabupaten Malang lebih fokus memproduksi hasil panen mereka dengan cara tradisional.

Jajang Slamet petugas Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan Dampit mengungkapkan, saat ini para petani kopi Amstirdam tidak lagi memproduksi kopi luwak.

Proses Produksi Kopi Luwak. (Sur)

Proses Produksi Kopi Luwak. (Sur)

Dikatakan Jajang, selain harganya tidak seimbang dengan biaya perawatan, para pecandu kopi di luar negeri kurang menyukai hasil produksi kopi dari binatang luwak peliharaan.

“Selain itu mereka punya semacam hak azazi kehewanan. Dari sisi sudut pandang mereka, hewan itu sudah tidak dihewankan. Dalam aturan perundang-undangan memang tidak boleh. Harusnya binatang itu secara alami dilepas dengan cara bebas,”urai Jajang beberapa waktu lalu.

Namun demikian, pihaknya tetap memberikan sample manakala ada permintaan produksi kopi luwak baik di pasar lokal maupun internasional.

Advertisement

Disisi lain,penyuluh pertanian asal Kabupaten Garut Jawa Barat ini berharap,manakala masih ada diantara petani kopi Amstirdam memproduksi hasil panen mereka dari jasa binatang luwak, harusnya dengan pagar yang tinggi dan luwak dilepas secara bebas dikawasan kebun kopi.

“Luwak itu harus diliarkan, nantinya bisa memilih jenis kopi yang disukai. Untuk diwilayah Amstirdam saat ini, produksi kopi luwak hanya terdapat di dua titik yaitu Desa Sumbertangkil dan Pujiharjo.Tetapi itu harus ada pembinaan,” ulas Jajang.

Dan untuk mengembangkan produksi kopi khususnya di wilayah Amstirdam,ada pola dengan sistem berkelanjutan, agar petani itu tetap eksis mempertahankan kopi Amstirdam yang ada di 4 Kecamatan bagaimana mereka ada nilai tambah dengan pola usaha yang ditersifikasi usaha yang terintergasi dengan tanaman lain dan kambing. Sehingga mereka mampu dan betul-betul mempertahankan.

“Karena ketika harga turun mereka dapat nilai tambah dari kambing maupun tanaman lain.Kambing itu dibuatkan kandang,kotorannya diproses menjadi pupuk organik. Sementara kencingnya dapat diproses menjadi pupuk air organik. Ada juga nilai tambah dari kulit kopi untuk mempercepat penggemukan kambing, ” pungkasnya.

Advertisement

Ditempat yang sama, Riadi petani kopi asal Desa Sumbertangkil Kecamatan Tirtoyudo menjelaskan, sebelumnya, kopi luwak disinyalir sebagai salah satu kopi termahal di dunia.Tak heran, biji kopi yang satu ini menghasilkan rasa yang fruity dan berbeda dari jenis kopi lainnya. Selain itu harga jual juga jauh lebih mahal dibanding kopi bubuk biasa.

“Jika harga jual kopi bubuk bisa setiap 1 kg hanya sebesar Rp 30ribu, tetapi untuk jenis bubuk kopi luwak bisa tembus diangka Rp200ribu/kg. Tetapi dalam satu hari, 1 ekor luwak hanya bisa produksi sebanyak 200 gram kopi siap sedu. Jadi untuk menghasilkan 1 kg kopi bubuk harus memanfaatkan 5 ekor luwak, ” terang Riadi.

Tambah Riadi, toh sebelumnya harga kopi sangat menjanjikan, tetapi pasaran saat ini sangat lesu.

Senada dengan ungkapan Eksa,seorang dokter umum yang saat ini bergabung dengan petani kopi Amstirdam. Menurut Eksa, lesunya harga kopi luwak dipasaran,karena otput kopi robusta itu untuk kopi susu.

Advertisement

“Peminat kopi itu mungkin lebih suka dengan produksi manual,” ujarnya.

Lain halnya dengan Iman, petani kopi Sumberangkil yang hingga saat ini masih menggunakan produksi dengan jasa binatang luwak.

“Saat ini kami masih pelihara sebanyak 3 ekor luwak dengan hasil produksi sebanyak 6 ons/hari.Untuk makanan luwak, itu harus kopi pilihan, ” terangnya.

Tambah dia, perbedaan mendasar dari kopi ini sebenarnya bukan dari bijinya, namun dari proses pemilihannya. Kalau jenis kopi lain dipilih oleh manusia, maka kopi yang satu ini dipilih oleh para luwak sendiri. (sur/oso)

Advertisement

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas