Kota Batu
Pendekar Dadaprejo Sukses Antarkan Pencak Silat Borong Emas Asian Games 2018
Memontum Kota Batu—Kisah di belakang layar pelatih pencak silat asal Kota Batu yang berhasil membina para atletnya dan sukses meraih 14 medali emas dari 31 medali yang ditorehkan di Asian Games 2018 kemarin adalah Edy Suhartono, lelaki berumur 51 asli warga Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu ini. Edy, sapaan akrabnya, menuturkan jika kerja keras seluruh jajaran cabor pencak silat ini tidaklah mudah.
Butuh perjuangan ekstra demi meraih hasil maksimal. Seluruh atlet yang berjumlah 22 orang itu, memiliki cerita panjang. Bahkan sebelumnya, tak banyak yang menyangka jika olahraga asli Indonesia ini mampu mengantarkan Indonesia ke posisi 4 Asian Games.
Menurut Edy, awalnya motivasi didapatkan saat perhelatan SEA Games 2017 yang digelar di Malaysia. Di mana pada saat itu, atlet pencak silat Indonesia banyak dicurangi. Hasilnya hanya raihan 4 emas 2 perak dan 3 perunggu yang didapat Indonesia.
“Jadi apa yang yang telah diraih kemarin, bukan karena reward ataupun tuan rumah. Tapi saya minta agar para atlet tidak melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Malaysia tahun lalu terbukti melecut semangat mereka,” bebernya, Rabu (12/9/2018).
Belum lagi, terang pria yang tergabung di PSHT Kota Batu ini, menjadi tuan rumah mampu memotivasi semangat para atlet. Pemicunya memang pengalaman tahun 2017 lalu, sangat memicu anak-anak untuk memborong 14 dari 16 medali emas yang diperebutkan. Lebih dari itu, Edy yang merupakan pelatih dengan lisensi tingkat daerah, nasional dan The Australian Strength & Conditioning Association (ASCA) Level 1 Strength ini, ternyata telah jauh hari mencari atlet-atlet yang benar-benar mampu berkompetisi di Asian Games. Para atletnya telah digembleng sejak tiga tahun lalu.
Sehingga target empat emas dari Indonesia bisa dilampaui. Untuk berada di posisinya saat ini bukan tanpa proses. Laki-laki yang juga anggota Lembaga Pelatih IPSI Jatim ini harus mengikuti fit proper test. Baik dari tingkat provinsi hingga nasional.
“Kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Kalau dulu, daerah yang paling banyak mengirimkan atletnya pasti akan mendampingi. Sekarang ada proses panjang yang harus dilewati dan harus mengalahkan puluhan atlet dari berbagai daerah,” jelas Edy di rumahnya.
Terpilihnya sebagai pelatih tentu tidak lepas dari rekam jejaknya yang berhasil mengantarkan timnas pencak silat Indonesia di World Champion Pahang Malaysia 2007. Serta sebagai pelatih PON Jatim yang digelar dari tahun 2000-2016.
Selain itu, Edy juga mengantarkan para atlitnya ikut dalam rangkaian uji coba sebelum Asian Games 2018 pada kejuaraan di Vietnam, Thailand, dan terakhir pada Belgia Open Mei 2018. Di mana pada Belgia Open 2018, Indonesia sukses meraih 7 emas, 1 perak, dan 2 perunggu yang dijadikan modal baginya dan para pesilat untuk menapaki jalan sukses Asian Games.
Sebagai pelatih, prestasinya mengantarkan Indonesia di tingkat dunia memang sangat bagus. Tapi sebaliknya, sebagai atlet prestasinya tidak mentereng. Yakni sebatas mengikuti seleksi atlet menjelang PON 1996.
“Kalau prestasi tertinggi saat ikut pekan olahraga mahasiswa tingkat nasional di Surabaya dengan meraih juara 3 kategori tanding kelas A. Untuk tahunnya saya sudah lupa,” bebernya sembari tersenyum.
Melalui saran seorang sahabatnya untuk menjadi pelatih yang kemudian pada tahun 2000 sampai sekarang profesi pelatih disandangnya. Kini dengan kesuksesandirinya bersama timnas, ia berharap olah raga pencak silat tak dilihat oleh banyak orang sebagai olahraga kampungan. Dengan begitu, pencak silat juga tak kalah baiknya dengan olah raga bela diri impor.
“Apalagi banyak masyarakat melihat pencak silat hanya berkelahi atau tawuran antar perguruan. Sekarang dengan prestasi dan dukungan pemerintah, saya yakin olahraga asli Indonesia ini akan digemari oleh anak-anak muda,” paparnya dengan bangga.
Dalam waktu dekat ini, PR yang harus dikerjakannya adalah mencari atlet berbakat dalam Kejurnas di Jakarta bulan November ini. Serta menukangi Indonesia dalam kejuaran Internasional di India pada September dalam The 4th Asian Campionship. (lih/yan)